Chapter 31

266 14 0
                                    

04.00 dini hari.

Zain duduk termenung di depan ruangan tempat dimana Cassandra di rawat, Zain setia menemani Cassandra yang tidak sadarkan diri sehabis kecelakaan tengah malam tadi, Cassandra tidak mengalami luka berat, hanya beberapa luka gores dan juga shock yang membuatnya tidak sadarkan diri sampai saat ini.

Zain bersandar ke tembok lalu menengadah ke langit-langit, beberapa kali menghela napas guna menghilangkan rasa hawatirnya, Zain mengalami beberapa luka gores di wajah dan beberapa bagian tubuhnya, Zain juga sedikit mengalami lemas karna bersusah payah berenang ketepian sambil membawa Cassandra.

Ya. Setelah mobil mereka tercebur ke sungai beraliran deras, Zain langsung sigap membuka pintu mobil, walau kesusahan tapi Zain berhasil keluar bersama Cassandra sebelum mobil sepenuhnya tenggelam, dalam situasi hidup dan mati itu pertolongan datang tidak terduga, sebuah batang pohon berhasil di raih Zain.

Zain dan Cassandra bersandar ke batang pohon tersebut dan terbawa arus cukup jauh, entah seberapa jauh namun yang jelas cukup lama mereka terbawa arus, Zain akhirnya bisa membawa Cassandra ketepian setelah sampai di sungai yang arusnya stabil.

Zain melakukan pertolongan pertama dengan memberi napas buatan untuk Cassandra, setelah dirasa napas Cassandra teratur, Zain segera membawa Cassandra ke rumah sakit yang posisinya tidak jauh dari tempat mereka terdampar, dalam kondisi basah kuyup mereka ke rumah sakit dan membuat suasana di dalam UGD heboh, suster dan dokter yang ada disana bertanya-tanya tentang apa yang sudah terjadi, pasalnya cuaca di luar sangat cerah tidak hujan.

Zain mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat, amarah san emosinya memuncak, Zain tidak akan tinggal diam saja melihat mereka yang sudah hampir membunuh Cassandra, walau pun harus bertentangan dengan orang-orang kuat, Zain tidak peduli, balas dendamnya akan sangat menyakitkan.

"Tuan Zain!" panggil seorang dokter.

Zain langsung menoleh. "Hmm. Ada apa dok?"

"Tidak ada. Saya hanya menyarankan supaya tuan Zain istirahat, kondisi anda masih harus kami cek," ucap sang dokter memberitahu.

"Saya tidak apa-apa. Dokter cukup perhatikan kondisi istri saya saja," balas Zain.

"Saya tau perasaan anda saat ini, tapi dengan bersikap seperti ini tidak akan menyelesaikan semua masalah, anda harus istirahat."

"Cukup! Saya tau kondisi saya saat ini bagaimana, anda tidak perlu hawatir, dok."

"Tapi kondisi anda sendiri!"

"Saya tidak apa-apa. Saya akan istirahat nanti setelah istri saya bangun."

"Hmm. Baiklah jika itu keinginan anda. Saya saranin anda istirahat, di dalam juga ada tempat istrirahat, anda bisa istirahat sambil menunggu ibu Cassandra."

"Saya paham dok."

"Baiklah. Kalau begitu, saya permisi dulu!"

"Ya."

Bagaiamana bisa Zain istrirahat kala melihat kondisi istrinya seperti itu, yang ada kepalanya pusing banyak pikiran sambil terus menahan emosi besarnya, Zain tidak pernah semarah ini, Zain tidak pernah semurka ini, Zain tidak pernah melepaskan mangsa yang sudah dirinya incar.

Saat ini, disini, Zain hanya bisa diam sambil menunggu, menunggu kesempatan untuk balas dendam, Zain membiarkan orang itu senang untuk saat ini, sampai akhirnya nanti orang itu akan menangis darah menerima pembalasan yang sangat kejam darinya.

Tepat di saat Zain memikirkan rencana balas dendamnya, disitulah suara derap langkah kaki terdengar mendekat ke arahnya, Zain menoleh dan langsung mendapati sosok Hans yang di ikuti juga para bodyguard keluarga Wijaya berbaris rapih lalu berhenti di dekatnya, Zain sudah menghubungi orang rumah dan dengan cepat mereka datang kesini.

"Tuan!" sapa Hans memberi hormat yang di ikuti oleh yang lainnya.

Zain mengangguk pelan. "Kalian datang lebih cepat dari perkiraan."

"Kami langsung bergegas setelah menerima kabar dari tuan. Bagiamana kondisi nona?"

"Tidak ada yang serius, Cassandra hanya tidak sadarkan diri."

"Syukurlah."

"Ya. Beruntung Cassandra tidak apa-apa."

"Apa yang sebenarnya terjadi tuan? Kenapa tuan dan nona bisa seperti ini?"

"Hanya ada beberapa cecunguk yang mencari gara-gara."

"Apa perlu saya beresin orang itu?"

"Jangan buru-buru, selidiki siapa dalang di balik itu semua."

"Baik tuan. Kalau begitu saya akan langsung menggerakan orang-orang saya."

"Ya. Kabari saya kalau sudah mendapatkan informasi."

"Baik tuan. Kalau begitu saya permisi dulu."

"Ya. Hati-hati!"

Orang-orang Zain langsung di bagi menjadi dua tim, tim pertama bertugas untuk menjaga dan mengawasi Cassandra di rumah sakit dan tim kedua di bawah pimpinan Hans langsung bergerak untuk mencari informasi yang terkait dengan kecelakaan yang di alami oleh Zain dan Cassandra, mereka bergerak sesuai perintah.

Dengan ini Zain bisa sedikit tenang, sekarang sudah ada orang-orangnya yang menjaga tempat ini, Zain bisa beristirahat di dalam sambil menunggu Cassandra sadar, tentu saja Zain tidak akan pernah meninggalkan Cassandra, apa lagi hanya dirinyalah yang Cassandra punya saat ini, tempat bernaum.

"Kalian berjaga di luar, saya akan menunggu di dalam," ucap Zain kepada orang-orangnya.

"Baik tuan," jawab mereka semua.

"Oh ya satu lagi. Jangan sampai mencolok, beraktivitaslah sewajarnya."

"Siap, laksanakan."

Zain langsung masuk ke dalam ruangan bersamaan dengan para bodyguard nya yang menyebar ke beberapa sudut penting rumah sakit ini, Zain menempatkan mereka di beberapa area vital yang menuju langsung ke ruangan Cassandra, hal itu di lakukan bukan tanpa alasan, itu semua untuk mengantisipasi 'mereka' datang dan memastikan kondisi Cassandra selamat atau tidaknya.

Terpaku memandang wajah teduh Cassandra yang terbaring di brangkar membuat hati Zain sedikit lega, tapi disisi lain kala melihat itu juga emosi Zain kembali memuncak, wajah cantik Cassandra harus tergores gara-gara mereka, kulit putih mulus sedikit memucat akibat terlalu lama terendam oleh air, dan itu adalah ulah mereka semua, mereka yang harus membayar semua ini.

Zain tidak peduli harus berurusan dengan hukum sekalipun, mereka sudah melewati batasan dan mereka harus di hukum, tidak akan ada orang yang bisa menghentikan niatannya, siapa pun itu mereka akan hancur kalau menghalangi jalannya.

Duduk di samping Cassandra adalah hal terbaik yang bisa di lakukan oleh Zain, sambil menggenggam tangan sang istri yang terasa dingin, Zain mengecup sesekali tangan itu, tangan yang biasanya di gunakan untuk bekerja mengatur semua karyawan, kini tangan itu tidak bergerak sama sekali, bahkan sangat lemah untuk di genggam sekalipun.

Ya. Zain memang bukanlah iblis yang tidak punya perasaan sama sekali, tapi ia akan jauh lebih kejam dari pada iblis kalau zona nyamannya di usik, Zain jauh lebih kejam dari apa yang mereka pikirkan.

"Aku tidak akan pernah membiarkan mereka hidup dengan tenang, walau harus bermusuhan dengan satu negara sekalipun, aku tidak peduli, mereka harus menerima konsekwensi dari apa yang mereka perbuat, mereka harus jauh lebih menderita."

* * *

...TO BE CONTINUE...

DANGEROUS HUSBAND ✅ [SELESAI]Where stories live. Discover now