Chapter 38

197 11 2
                                    

Satu tumbang.

Zain menatap ke arah enam orang lainnya yang masih terpaku melihat cara terbunuh rekan mereka yang sangat sepele, Zain membunuh orang itu dengan sangat mudah, tentu saja yang ada di benak rekan-rekannya yang lain itu adalah rasa tidak percaya, siapa juga yang akan percaya kalau seorang pro di bunuh dengan begitu mudahnya oleh seseorang, kecuali...

Ya. Mereka memikirkan satu hal yang sama, satu kemungkinan yang paling tepat untuk menggambarkan sosok seorang Zain, mereka berpikir kalau orang itu adalah monster, seseorang yang lebih hebat dari mereka, seorang monster yang seharusnya tidak mereka bangunkan dari tidur panjangnya.

Ini gila, benar-benar gila, kalau ini medan perang, mungkin mereka akan percaya, tapi disini adalah negara damai yang tidak terlalu banyak konflik, kenapa bisa orang seperti itu muncul disini, sangat kejam dan keji dalam membunuh, tidak pandang bulu sama sekali, orang itu benar-benar monster dalam medan perang, itu yang di pikirkan seluruh anggota bloodmoon yang tersisa.

Zain menatap dengan seringaiannya, "siapa selanjutnya?"

Tanpa sadar, mereka melangkah mundur, merasakan ketakutan dan bahaya dari lawan di depannya, insting mereka bilang kalau mereka harus lari menyelamatkan diri, orang di depan mereka itu sangat berbahaya, tidak ada kesempatan menang sedikitpun, insting mereka yang sudah terasah tidak mungkin salah sama sekali.

Namun, tenti saja di antara mereka tidak ada yang menerima semua itu dengan mudah, mereka menoleh tunduk karna mereka adalah seorang pro, mereka mempunyai harga diri yang tinggi sebagai seorang pembunuh profesional.

"Sialan. Akan ku habisi kau sialan." Number three murka lalu mulai melepaskan ikatannya.

"Hoo..." Zain tertawa remeh.

"Jangan remehkan kami sialan."

"Hee, menarik."

"Cih. Mati kau berengsek."

"Number three jangan gegabah!"

Percuma. Sudah kepalang tanggung dengan semua itu, percuma juga untuk memperingatkan number three tentang itu semua, sudah termakan emosi dan membuatnya masuk ke dalam kondisi dimana dirinya akan menunjukan celah dengan sangat mudah.

Number two yang memperingatkan number three tadi hanya bisa berdecak kesal, mulai membuka ikatan di tangannya lalu fokus membantu yang lain, number two mulai membalikan kembali kondisi mereka seperti semula, dengan kata-kata yang membakar semangat jiwa.

"Sadar woi! Kita gak mungkin diam aja kayak gini," teriak number two kepada semuanya.
"Kalian semua ikuti gue, kita habisi orang itu bersama-sa---"

"Arrggghhhh..."

Perkataannya terhenti tatkala mendengar suara rintihan dari number three, lalu saat mereka menoleh mereka melihat number three sudah berada di tangan Zain, sama seperti sebelumnya, number three di cekik dengan sangat kencang, pernapasannya terganggu dan semakin lama suara number three tidak terdengar lagi.

Number three meregang nyawa di tangan Zain, di cekik dengan sebelah tangan, lagi-lagi dengan kematian yang sangat menyakitkan, saat seperti itu adalah kematian yang paling menyakitkan, kehabisan napas secara perlahan lebih buruk dari pada tertusuk pisau atau pun tertembak sebuah peluru.

"Number three!" pekik semua rekannya.

"Aah! Sayang sekali, dia juga sangat lemah," ejek Zain.

"Sialan. Dasar monster."

"Bukankah kita sama-sama monster? Kenapa juga kalian menghina sesama kalian!"

"Sialan. Jangan remehkan kami."

DANGEROUS HUSBAND ✅ [SELESAI]Where stories live. Discover now