Bab 2

645 87 8
                                    

Namanya Oslon.
Bukan singa N4rnia.
Jangan salah ya!

  FREYA MASIH TERBAHAK-bahak.

"Untungnya, aku adalah Minotaur yang baik. Belum habis kesabaranku untuk menyeruduk orang yang dengan tidak sopannya menertawakan nama pemberian orangtua." Tukas Oslon.

"Hahaha akhh haha, maaf, sungguh. Namamu terdengar seperti seekor singa pencipta yang agung. Hanya saja, pengucapan vokalnya diganti huruf 'O' persis seperti saat kau sedang berkumur. Pfft." Balas Freya, cekikikan.

"...Aku tidak mengerti dimana lucunya. Yah, yang jelas setelah ini kau tidak bisa tertawa lagi, karenaー"

"KAU HENDAK MEMBUNUHKU?!" Teriak Freya, panik.

"ーBukan bodoh. Kita sudah sampai."

Kereta yang dinaiki Freya perlahan memelankan lajunya. Cerobong asap yang sedari tadi begitu bising bahkan kini sudah mulai tak berbunyi. Tak berselang lama, kereta itu pun sepenuhnya berhenti dan pintu gerbong terbuka.

Freya pikir ia akan langsung turun di stasiun 'dunia lain' begitu saja. Namun alih-alih begitu, ia malah mendapati sebuah portal awan merah berputar-putar spiral dengan kilatan listrik yang menjalar kemana-mana.

"Jadi... kutebak ini adalah gerbang menuju Roxannia?" Tanya Freya.

"Diluar dugaan, kau pintar menebak." Puji si banteng. "Masuklah, kita tidak punya banyak waktu. Perjalanannya tidak akan seburuk itu kok, jangan khawatir."

"Aku tidak mengerti. Kenapa kau tidak langsung mengantarkanku saja kebawah sana? Terlebih lagi kupikir kau akan ikut denganku." Freya cemberut.

"Kau tidak mengerti? Aku ini dikutuk. Tidak bisa meninggalkan kereta ini. Selamanya menjadi masinis. Cepat kita tidak punya banyak waktu!" Teriak si banteng.

"E-eh, baiklah, sebentar aku belum menyiapkan hati. Apa rasanya akan seperti terjun bebas? Atau lebih ringan seperti terbang di udara? jujur saja aku belum pernah menggunakan portal perjalanan sebagai media transportaー" Ujar Freya gugup.

"Cepat!!" Balas Oslon buru-buru. Ia bahkan tega mendorong tubuh Freya memasuki portal.

"??!" Tanpa aba-aba, Freya pun mulai terhisap.

Hal pertama yang Freya tahu saat ia sudah berada didalam portal adalah, Oslon berbohong.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!" Teriaknya panik bukan main.

Saat ini, tubuh Freya seolah meluncur kedalam tabung berkelok-kelok. Seperti saat kau bermain seluncuran di waterpark, hanya saja 10x lebih mengerikan, sebab kau tidak akan menemukan pijakan padat untuk mengatur lajunya. Bagai ruang kosong yang seolah siap menjatuhkanmu kapan saja. Tapi yang jelas, Freya tahu ia sedang meluncur. Kekiri, kekanan, kebawah, keatas, tak beraturan. Tidak pula sejuk melainkan pengap! Panas dan hampir tidak ada oksigen. Gadis malang itu bahkan sampai terengah-engah kehabisan nafas. Perjalanan itu sebenarnya tidak sampai memakan waktu 1 menit, tapi rasanya ia letih sekali. Energi Freya terkuras, pandangannya kabur, dan untuk sekali lagi ia tak sadarkan diri tepat saat ia jatuh tertelungkup di tanah rerumputan.

Pada akhirnya, ia sampai di negeri Roxannia dalam keadaan pingsan.

・・・

Selang beberapa saat, kesadaran Freya pun kembali. Ia membuka kelopak matanya, kemudian mendapati dirinya terbaring di tepian sungai yang berada di pusat kota. Ia persis terjatuh dibawah jembatan, yang mana merupakan hal bagus. Karena dengan begitu, Freya tidak perlu menjadi pusat perhatian.

Ia lalu menyadari bahwa dirinya haus. Freya pun beranjak dan mendekati sungai tersebut. Ia menangkupkan tangannya untuk mengambil air. Secara tidak sengaja, ia menatap refleksinya di genangan sungai dan seketika itu juga ia mendengus.

Jika disuruh memilih jalur reinkarnasi atau transmigrasi, ia lebih memilih untuk reinkarnasi seperti kebanyakan cerita dari manhwa yang ia baca. Namun naasnya, ia justru dipanggil seperti Subaru dari anime RE:Z3ro, atau boleh jadi seperti Pevensie bersaudara dari film N4rnia. Yang mana artinya, wujudnya, terlebih lagi wajahnya, tidak berubah sedikitpun menjadi cantik atau semacamnya!

Ia pun meneguk air sambil menggerutu, kesal.

Setelah selesai, ia lalu mulai berkeliling ke sekitaran kota. Mengejutkan. Ia sepenuhnya mengerti bahasa yang mereka ucapkan, meski mereka memakai huruf dan bahasa yang asing untuknya, Freya sama sekali tidak kesulitan memahami hal itu semua. Seolah huruf-huruf itu sudah otomatis diterjemahkan kedalam otaknya. Ia lalu mendekati sebuah stand makanan dan bertanya apakah uang kertasnya bisa dibelikan makanan disini? Rupanya tidak. Kurensi di dunia ini menggunakan mata uang mereka sendiri yang mana terdiri dari perunggu, perak, dan emas. Freya pun memasang wajah putus asa.

"Apakah kau berasal dari negeri yang jauh?" Tanya penjual makanan kepada Freya.

Freya mengangguk. Sebab akan sangat panjang urusannya bila ia mengaku dari 'dunia' yang jauh.

"Pantas saja pakaianmu aneh." Gumam penjual itu. "Kalau benar begitu, kau bisa menukarkan uang kertasmu ke bank sentral. Mereka akan memberikanmu uang negara ini." Lanjutnya menjelaskan.

Freya lagi-lagi mengangguk, tidak menjawab. Emosinya telah bercampur aduk; kesal, letih dan putus asa sehingga membuat tuturnya jadi irit bicara. Ia bahkan mengabaikan celaan 'pakaian aneh' dari penjual tadi. Kalau saja keadaannya normal, mungkin ia siap berdebat kapan saja.

Freya pun kembali berjalan tanpa arah tujuan. Sepenuhnya mengabaikan para pejalan kaki yang mulai berbisik membicarakan pakaiannya; kaos, hoodie, celana jeans, sepatu converse, dan tas ransel.

Saat Freya mulai berpikir bahwa ia akan mati membusuk menjadi gelandangan, tiba-tiba saja kereta kencana megah berhenti tepat didepannya. Seketika itu pun pintu menjeblak terbuka.
"Naiklah, pahlawan. Cepat!" Ujar seorang Lady bersurai emas. "Kita harus melarikan diri dari sini." Tambahnya lagi.

Manik biru yang terpancar dari sorotnya yang manis sama sekali tidak membawa kesan yang hangat. [ ]

To be continue...

Duchess Past Is An OtakuWhere stories live. Discover now