Bab 33

155 23 7
                                    

Telah berlalu.
Sekarang aku tahu,
Paradox waktu.

RAPAT FAKSI NETRAL berlangsung dengan anggota yang kurang, yakni Stevan. Kursinya kosong tanpa ada yang mendudukinya.

  Menyadari hal itu, semua anggota saling pandang memandang. Bertanya-tanya akan kemana perginya sang penyihir.

Putra Mahkota memijat pelipisnya yang tidak pening. Ia juga sama herannya dengan yang lain, namun ia berusaha untuk tetap tenang agar wibawanya tidak pudar.

Hal ini jarang terjadi. Kalaupun iya, pasti salah satu anggota mengabarinya terlebih dahulu. Maka, sebab berhalangan hadir pun menjadi jelas.

  Meski dirundung rasa khawatir, mau tak mau sang pangeran menyampingkan soal keabsenan Stevan di pertemuan kali ini. Ia berusaha fokus dan tidak coba untuk menerka-nerka apa yang sedang terjadi.
"Dimulai saja." Ucap sang pemuda kepada wanita di sampingnya.

  Adelaide mengangguk. Selesai menyiapkan materi, ia lantas beranjak dari duduknya. Sembari memegang dokumen berkas yang hendak dibawakan, Adelaide menatap mata semua orangーmeminta atensi mereka. Setelah diberikan aba-aba oleh Putra Mahkota, Lady itu lalu membuka rapatnya.
"Puja-puji kita panjatkan kepada Dewa Sòls. Selaku wakil ketua, saya mengucapkan terima kasih kepada saudara-saudari sekalian atas berkenannya hadir di pertemuan kita kali ini. Memang ada bangku yang kosong disana, tapi hal itu tidak akan menunda resolusi dan keputusan kita. Rapat ke-82 dimulai."

Palu diketuk dua kali dan semuanya berdiri.
"Kesejahteraan bangsa Roxannia ada pada kita para kaum muda." ucap semuanya. Itulah semboyan mereka.

Selesai itu, mereka kembali duduk di kursi masing-masing.

  Putra Mahkota melihat selembaran dokumen laporan di tangannya. Ia lalu berdeham.
"Seperti yang kita ketahui, faksi kontra sudah mulai aktif bergerak melawan kerajaan. Aku sudah mengerahkan pasukan negeri untuk memerangi mereka. Setidaknya untuk saat ini, kita tahu siapa lawan kita. Nama organisasi mereka adalah Al-Haqq." Jelas pangeran muda.

Semua menyimak.

"Tujuan mereka adalah meruntuhkan hirarki aristokrat dan melakukan kudeta terhadap Raja. Salah satunya dengan cara membuat sang Messiah kita, Freya, menjadi sandera mereka." Lanjutnya. "Ironis sekali, karena sebetulnya yang mereka inginkan adalah menata ulang hukum di negeri ini. Meski begitu, cara mereka tetap saja tidak bisa dibenarkan."

  Para anggota mengangguk-angguk, setuju.

"Maka dari itu tujuan kita selanjutnya adalah berdiskusi dengan mereka."

Para audien mulai berbisik-bisik, tidak setuju.

"Kita tidak akan memerangi mereka karena kita tahu hal itu tidak ada gunanya. Jika ingin menyelesaikan masalah, satu-satunya cara adalah dengan membuat kesepakatan bersama." Putra Mahkota berusaha meyakinkan anggotanya.

Ricuh. Banyak yang menentang ide itu.

"DIAM!" Teriak sang pangeran. Ia sedang mencoba untuk membuat para anggotanya kondusif kembali.

Setelah mereka membungkam mulut mereka. Adelaide lantas mengangkat tangannya.

"Ya, Lady Brightwallter?" Putra Mahkota mempersilakan diri.

Duchess Past Is An OtakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang