Bab 18

222 42 0
                                    

Ini kasino?
Wah, menarik sekali.
Lepaskan aku!

  SESAMPAINYA MEREKA DI Pleghon House, Freya terkejut bukan main saat melihat orang-orang disana ramai memenuhi meja judi. Khusus hari ini, para konglomerat lah yang berkumpul, sebab para bangsawan sibuk menghadiri pesta ulang tahun Putra Mahkota yang berakhir bubar karena terror ledakan.
"Selera kalian dalam memilih markas sangatlah buruk." Komentarnya.

  Stevan balas terkekeh. Mengingat yang memilih untuk menjadikan sebuah kasino sebagai markas adalah ide Putra Mahkota. Secara tidak langsung Freya menghujat selera pangeran itu sangatlah buruk. Bagi Stevan sih ini tidak buruk-buruk amat.

  Freya berjalan lebih dulu. Tidak sesuai dengan perkataannya tadi, sekarang ia malah melipir ke salah satu meja poker.
"Oh? orang ini punya Straight." Komentarnya lirih. Niatnya sih biar tidak terdengar penjudi lain, tapi gagal sudah usahanya. Seseorang disebelahnya mengeluarkan kartu Full House dengan percaya diri. Lalu di sebelahnya lagi, dengan telak mengeluarkan Royal Flush. Kepingan pun diambil oleh orang yang menang.

  Stevan mendapati Freya tiba-tiba berada di meja poker. Ia pun langsung mendatanginya dan menyeretnya pergi. Padahal Freya ingin mencoba bermain satu ronde.
"Lepaskan aku!" Tukasnya sambil marah-marah.

  "Kita kesini bukan untuk bermain! Kau sudah lupa dengan tujuanmu?!" Stevan balas memarahi Freya.

"Uh, iya-iya. Aku kesini untuk belajar sihir."

"...Hah?"

"Eh?"

Ketahuan sudah kedok dari tujuan Freya yang sebenarnya.

Setelah mereka berpindah tempat ke ruang pertemuan, Stevan tidak langsung mempersilakan Freya duduk. Mengingat disana tidak ada kursi selain yang ada di meja lingkar. Meski begitu, Freya tidak perlu menunggu dirinya untuk dipersilakan. Jadi ia langsung sembarang menarik salah satu kursi dan menghempaskan dirinya. Mirip seperti apa yang sering dilakukan Putra Mahkota, setidaknya itulah yang Stevan pikirkan.

  "Mana salep daun Farfugiumnya?" Tanya Freya.

  "Oh, kau masih ingat ternyata." Stevan mengangkat bahu. Ia lalu berjalan mengaduk-aduk tas kecil yang rupanya wadah P3K.
"Aku cukup sering memakainya, berhubung akhir-akhir ini aku sering dipukuli. Jadi memar seperti ini sih sudah biasa."

"Benarkah?" Freya mengangkat kedua alisnya, heran.

"Iya." Selang beberapa saat Stevan lalu menemukan obat yang ia cari. "Nah ini dia."

  Melihat botol yang dipegang Stevan, Freya bergidik ngeri. Sebab di dalam botol itu, terdapat mayat kadal yang lidahnya menjulur. Dan gawatnya, mimpi buruk itu masih belum berakhir. Freya pikir Stevan akan mengoleskan cairan di dalam botol itu kebuku-buku jarinya  yang memar. Namun, mengingat cairan itu begitu cair... sekarang Freya paham, kalau air yang ada di dalam botol itu harus di minum. Dan Stevan benar-benar melakukannya.

  Pemuda itu menegak air botol yang di dalamnya terdapat mayat kadal berenang. Seketika melihatnya saja membuat Freya ingin muntah.

  Tak lama setelah itu, asap mengepul dari jari-jari Stevan yang membiru, perlahan dan perlahan memar itu memudar dan sepenuhnya menghilang.
"Sihir memang hebat." Puji pemuda itu pada botol yang dipegangnya. (Mayat kadal itu masih teronggok bisu di dalam botol)

Freya membatu.

"Jadi, apa katamu tadi? Kau ingin belajar sihir?" Tanya Stevan dengan senyum cerahnya yang sudah kembali.

・・・

Freya memang ingin belajar sihir. Itu sebabnya ia mengikuti Stevan sampai kemari. Tapi ia lupa kalau fakta penyihir itu tidak seindah yang ada di dalam game mmorpg Toram Online. Fakta lain yang baru disadari Freya adalah penyihir sama dengan dukun.
"I-iya..." Jawabnya ragu-ragu.

Duchess Past Is An OtakuWhere stories live. Discover now