Bab 31

134 25 3
                                    

Mahkota agung
Perhatikan namaKu
Dibaca Kan () Ta ()

AKU TIDAK SEDANG meninggikan diriKu sendiri. Faktanya, memang Akulah yang membuat semesta ini. Takdir ini. Cerita ini.

Sementara kalian para pembaca, kupanggil sebagai saror-sarorKu. Saror memiliki arti 'yang tersembunyi'. Cocok bukan? Mengingat kalian hanya bersembunyi dibalik singkapan layar dan bersantai menikmati jalan cerita yang Kutulis di buku takdir yang sedang kalian baca.

Wahai para saror, lihatlah, Freya termangu menatapKu. Ia mungkin berpikir wujudKu akan seperti lingkaran sembilan tabuh yang memiliki seribu tangan dan masing-masing sepasang mata di tiap gendangnya. Atau barangkali sebuah pohon raksasa yang berbuah di setiap rantingnya. Di ranting tersebut terdapat wajah-wajah beserta sifat-sifatKu. Atau bisa jadi, seekor ikan paus yang memiliki dua ekor yang dikelilingi roda-roda suci. Namun alih-alih begitu, wujudKu amat sangat tidak terduga. Rupanya, Aku berwujud seorang manusia biasa. Berambut pendek, memakai kacamata bundar, berkaos hitam, berjaket merah dan bercelana training olahraga.

Namaku Kanta. Dan Akulah Tuhan di semesta yang sedang Aku tulis.

"Jangan bercanda! Kenapa kau ada disini?!" Raung Freya tidak terima. Ia telah melihatKu dengan kedua mata barunya. Mata malaikat.

  Aku tersenyum jahil, sebab Aku memang sedang bercanda. Sebetulnya ini bukan pertama kalinya Aku bercanda dengan Freya, sebab di dunia itu kami memanglah seorang teman dekat. Sahabat malah.
"Yaampun. Bicaralah menggunakan Bahasa Indonesia. Atau Bahasa Jepang. Aku sungguh geli mendengarmu menggunakan Bahasa Roxannia!"

  "Dan aku sungguh geli mendengarmu berbicara menggunakan bahasa baku." Balas Freya ketus. "Dan kalau boleh jujur, apa-apaan gema dan getaran hebat ini? Berlebihan sekali!" Tambahnya.

  Aku mengangkat bahu, acuh tak acuh. Baiklah, kalau memang Freya merasa terganggu. Maka Kuubahlah frekuensi suaraKu menjadi normal.
"Yah, padahal seru." KeluhKu padanya. Aku lantas turun dari singgasanaKu untuk menghampiri sang Messiah.

  "Kau tahu, kalau kau sudah mati?" TanyaKu memastikan. Aku yakin Freya tahu, tapi Aku akan tetap menanyakannya.

  "Sebelum aku menjawab, sebaiknya Kau menjawab pertanyaanku terlebih dahulu. Jadi, kenapa Kau ada disini?" Tuntut sang Messiah.

  "Aku sedang bekerja mengamati kalian semua. Akulah yang menciptakan dunia ini. Hanya itu yang dapat Kujelaskan sekarang." JawabKu singkat, padat dan jelas.

  "Lalu, kenapa aku bisa terseret ke isekaiMu?"

   "Sebelum masuk ke pertanyaan kedua, alangkah baiknya kau menjawab pertanyaanKu terlebih dahulu." BalasKu.

  Freya menghela nafas. Hanya kali ini ia kalah berdebat. Biasanya selalu ia yang menang.
"Iya aku tahu aku sudah mati. Jadi bagaimana? Sudah saatnya aku kembali ke Jakarta? Atau aku harus tinggal di nerakaMu?"

  "Sayangnya tidak keduanya." JawabKu sembari mendengus. "Kau tahu, Aku telah meminjam eksistensimu dari semesta kita yang sebelumnya. Karena kau adalah milik Sang Pencipta di dunia kita, Aku tentu tidak bisa membuatmu mati sepenuhnya disini. Beda cerita kalau kau adalah makhluk yang Kuciptakan."

  "Jadi?"

  "Kau akan Kubangkitkan sekali lagi. Tapi tidak di tempat saat kau mati, melainkan kau akan Kuturunkan saat perang sedang berlangsung. Tepatnya seminggu yang lalu. Sebagai gantinya, bantulah para prajurit Roxannia dan kalahkan para pemberontak. Pukul mundur mereka secara telak. Ketika  hari dimana dirimu dibunuh telah datang, biarkan hal itu terjadi. Biarkan dirimu terbunuh untuk yang kedua kali. Biarkan penyihir itu mengira telah membunuhmu. Bersembunyilah di Benua Gelap. Aku akan menuntunMu mencapai tanah itu. Serahkan urusan internal pada orang-orang yang kau kenal. Ingat, kau punya misi besar yang harus kau selesaikan." JelasKu panjang lebar. Semoga Freya menangkap semuanya.

Duchess Past Is An OtakuWhere stories live. Discover now