Bab 10

295 61 5
                                    

Eh, pesta dansa?
Wah aku tidak tahu.
Kapan memangnya?

  LORITTA CHADWICK MURKA. Sementara itu Charlotte McDaniel dan Estelle Chantrea terkesiap. Mereka terkejut sekaligus takut. Mimik dari wajah kedua Lady itu seolah mengatakan mereka ingin menyelamatkan diri ke kolong meja.

  Dan Adelaide, ia tampak menghela nafas panjang. Pasrah.

  "AKU BERSUMPAH AKAN MEMBUATMU MENYESAL TELAH MELAKUKAN HAL INI PADAKU!" Seru Lorrita Chadwick yang masih basah kuyub.

  Freya balas memutar kedua bola matanya, acuh tak acuh.
"Silahkan saja." Jawabnya. "Dan aku akan balas membuatmu menyesal telah melakukan hal itu padaku."

  Loritta Chadwick menggertakan giginya. Tidak ingin kalah, Freya balas melotot ke arah Lady itu.

  "Tidak sopan! Dengan kelakuanmu yang tak beradab ini kupastikan tidak ada laki-laki yang ingin meminangmu! Atau bahkan berdansa di pesta dansa! Tidak ada!" Makinya.

Freya mengerutkan dahi.
"Siapa juga yang mau di pinang? Dan, oh pesta dansa, siapa peduli?"

Mendengar hal itu, Lorrita Chadwick menanggapi Freya dengan beragam cacian dan sindiran. Freya hendak balas mencaci makinya, namun seketika itu ia merasakan sentuhan lembut di punggung tangannya yang sudah mengepal. Freya menoleh, lalu melihat Adelaide yang menggeleng-geleng.

  Gadis itu tahu si pirang ini sedang berusaha menenangkan dirinya. Mau tidak mau, sang pahlawan pun mengalah.

Freya mendengus, sebal.
"Baiklah, baiklah, terserah kau saja." Ucapnya kepada Lorrita Chadwick yang masih uring-uringan. "Pesta minum teh selesai. Terima kasih sudah datang. Saya senang bisa mengenal Anda semua." Lanjut Freya, berusaha tak acuh pada Lorrita Chadwick yang terus menginterupsinya.

Freya lalu menepuk tangannya dua kali, sekedar mengisyaratkan pelayan untuk datang merapikan mejanya dan mengantar para Ladies menuju gerbang. Dengan sigap pelayan-pelayan itu datang memenuhi permintaan sang nona.

  Para Ladies lalu beranjak berdiri, bergegas meninggalkan lokasi. Namun saat Adelaide sudah melangkahkan kakinya sedikit jauh, Lady pemilik surai pirang itu mendengar namanya dipanggil.
"Lady Brightwallter."

  Adelaide pun berbalik.

  "Ada yang ingin saya bicarakan. Bisakah Anda meluangkan waktu lebih lama untuk saya?" Tanya Freya.

  Adelaide memasang ekspresi datar.
"Tentu."

  Tidak berselang lama, mereka berdua pun kembali duduk di kursi taman, tempat Freya mengadakan pesta minum teh tadi.

  "Jadi, ada apa?" Tanya Adelaide.

  Senyum tipis tergurat di wajah Freya.
"Terima kasih untuk yang tadi." Ucapnya, begitu tulus.

  Hening. Rupanya Adelaide tidak bermaksud untuk membalas kalimat itu dengan 'sama-sama'

  Menyadari hal itu, Freya pun berdeham.
"Begini, saya memanggil Anda bukan semata-mata untuk mengucapkan terima kasih saja. Selebihnya, saya ingin mengetahui beberapa informasi terkini seputar kerajaan. Bagaimana kondisi politik ekonomi? Apa akhir-akhir ini ada agenda perayaan besar seperti festival musim, pelantikan kesatria kerajaan atau barangkali pesta dansa." Jelas Freya mencari-cari pembenaran.

  Akhirnya, Adelaide jadi terkikih juga.
"Tadi bukannya Anda bilang tidak peduli dengan pesta dansa?" Tanya Lady itu.

  "Yah soal ituー" Jawab Freya, gugup.

  "Jadi, Anda ingin mendengar yang mana dulu? soal politik ekonomi atau hal-hal lain yang Anda sebut tadi?" Potong Adelaide, berusaha mengabaikan wajah Freya yang rupanya sudah merona malu.

Duchess Past Is An OtakuWhere stories live. Discover now