Bab 14

254 45 0
                                    

Bertanya-tanya,
Kira-kira kemana?
Perginya Freya!

"KENAPA KALIAN TIDAK memanggil rekan-rekan kalian untuk membantu keadaan disini?" Tanya sang pahlawan, heran.

  Stevan balas menggeleng.
"Mereka tidak siap bertarung. Sejak awal misi kami memanglah bukan untuk melawan faksi-faksi lain."

  "Memangnya kalian berdua tidak bisa melawan pria itu?" Tanya Freya lagi.

  Stevan dan Alex bungkam, tidak mengatakan sepatah kata pun.

  "Kalau begitu turunkan saya. Biarkan saya ikut bertarung." Tak terduga, ucapan itu keluar dari tutur Adelaide.

  Alex terkesiap.
"Tidak! Kau tidak bisa!" Balasnya, panik. "Ketua sudah mengatakannya padamu bukan? bila terjadi sesuatu, kaulah yang menggantikannya sebagai pemimpin faksi netral."

  Adelaide menggigit bibir, geram. Alex benar. Itulah titah Putra Mahkota kepadanya. Ia tidak bisa mengabaikannya begitu saja, sebab bila salah perhitungan, hierarki mereka dapat runtuh dalam sekejap.

  "Kalaupun aku yang minta, kalian pasti juga tidak akan mengijinkannya, sebab aku adalah entitas yang mereka inginkan." Tukas Freya.

Mathew bersaudara serempak menganggukan kepala. Sementara itu, Adelaide yang ganti membungkam, tidak merespon apa-apa.

Selang beberapa saat, kedua sapu sihir yang ditunggangi mereka sampai membawa mereka ke permukaan. Kaki Stevan lah yang pertama kali memijak batu reruntuhan.
"Setelah kupikir-pikir, sebaiknya aku harus terus maju tanpa takut menengok masa lalu." Tukas pemuda itu seraya memarkirkan sapu sihirnya. Freya tidak paham maksud dari perkataan itu, namun kentara sekali yang lain memahaminya.

  Alex menyergah Stevan.
"Kau?! Jangan bilang kau akan turun kebawah sana untuk melawan aー"

  "Benar." Potong saudara kembarnya. "Dan salah. Aku akan turun menjemput Ketua, hanya itu. Tidak untuk melawan ayah."

Ayah? Tanya Freya dalam hati.

  Alex mengepalkan tangan. Mimiknya tampak kesal. Buku-buku jarinya bahkan membiru.
"Kalau begitu aku juga ikut." Tukasnya.

  Saudara kembarnya balas mengernyit. Dalam benaknya ia bertanya-tanya Untuk apa?
"Tidak perlu, aku saja sudah cukup. Tugasmu adalah membawa Freya dan Adel menjauh dari sini."

  "Percuma." Balas Adelaide. "Pergi kemana pun sama saja. Ini hanyalah satu dari sekian jebakan yang dipasang untuk menangkap sang pahlawan. Ledakan bisa saja terjadi di beberapa titik yang tidak terduga, atau barangkali orang-orang dari faksi kontra sudah tersebar di kastil ini untuk membunuh Freya."

  Freya menggeleng.
"Soal jebakan, itu benar. Kalau soal membunuh, kurasa salah." Ucap gadis itu. "Kalau mereka mau membunuhku, seharusnya kepalaku sudah terpenggal sejak tadi."

Mathew bersaudara dan Adelaide pun bertukar pandang. Faktanya adalah Freya benar.

"Tapi, mengenai ide untuk menjauh dari sini sih aku setuju-setuju saja. Peluang terjadi ledakan kedua di lokasi ini besar bukan? lebih baik mati di tempat yang bahkan tidak diketahui ada ranjaunya ketimbang mati konyol di tempat ini." Komentar sang pahlawan, seperti biasa.

Tentu Adelaide tidak mengapresiasi ucapan itu, sebab kini ia sedang mengkhawatirkan Putra Mahkota.

"Yeah.. intinya, Alex kau bawa mereka. Biar aku saja yang turun sendiri." Balas Stevan, tegas.

Alex masih saja menggeleng. Ekspresi pemuda itu sama tegasnya seperti Stevan. Ia paling tidak suka berpencar seperti ini, jadi ia bermaksud untuk terus menolak, sampai kakaknya mengijinkan ia untuk ikut turun.

Duchess Past Is An OtakuWhere stories live. Discover now