Bab 6

376 69 0
                                    

Jamuan makan.
Oh, apa itu ayam?
Wow! kemarikan,

MALAMNYA FREYA TIDAK bisa tidur. Padahal ranjangnya begitu empuk seperti permen kapas, pun juga ditiap sisi nya terdapat tiang-tiang mengkilap dan gorden sutra. Menghalangi ia dari gigitan nyamuk. Tapi jujur saja, Freya masih belum terbiasa tidur didalam kanopi mewah seperti ini. Alih-alih merasa aman, pikirannya terus berpacu. Ia takut kalau tiba-tiba ada anak panah yang menyasar ke tubuhnya. Sebab, sekeliling Freya dipenuhi titik buta. Kalau bisa memilih, Freya ingin sekali tidur di kasur yang mepet tembok. Seperti di kamarnya dulu. Dengan posisi punggung yang menempel dan menghadap ruang terbuka sambil memeluk guling, ia bisa terus berjaga dari segala ancaman imajinernya.

Selain hal itu, Freya juga memikirkan sahabatnya. Kira-kira, apa yang terjadi disana? Apa sahabatnya masih menunggunya? tentu saja tidak, ini kan sudah malam. Barangkali ia sedang panik karena Freya tak kunjung datang dan tak dapat pula dihubungi. Jangan-jangan, ia sudah melapor ke orang tua Freya, juga polisi. Buruknya lagi kalau sampai Freya dianggap hilang, dan mulai besok pagi sudah beredar theard pencarian di Twitter dengan hastag #TwitterPleaseDoYourMagic . Membayangkan hal itu, Freya jadi geli sendiri.

Saat Freya mulai memikirkan, andaikan ia mati disini apakah ia akan di hidupkan kembali tepat di save point yang ada seperti Subaru? rupanya tanpa disadari ia terlelap juga. Fisiknya begitu letih sampai mereka enggan menuruti komando otak yang tidak henti-hentinya berpikir. Di dalam mimpi, ia justru mendapati hal yang sungguh tidak terduga;

Freya berjalan di tanah rerumputan dengan kaki telanjang. Tubuhnya di balut chiton bewarna putih gading, bahkan ia lengkap memakai mahkota daun dafnah di kepalanya. Saat ia sampai di bawah pohon yang rindang, tiba-tiba saja buah mencuat keluar dari dahan pohon itu. Freya kemudian hendak memetiknya, namun buah itu justru menjauh dari jarak tempat Freya berdiri. Semakin tinggi dan semakin tinggi. Anehnya, Freya bersikeras ingin memakan buah tersebut, jadi ia rela sampai memanjat pohon. Setelah sampai di dahan yang paling tinggi, Freya akhirnya mendapatkannya. Rasa dari buah itu manis dan bukan main segarnya! Seperti saat kau sedang kehausan dan datanglah semangka yang masih dingin, baru saja dikeluarkan dari kulkas. Itupun masih di kali 10x lipat. Lebih segar dan lebih nikmat.

Selesai memakan buah, Freya pun turun dari pohon. Sampai kakinya memijak rumput, ia lalu dikejutkan oleh sebuah suara merdu yang tidak akan pernah kau dengar di sepenjuru dunia manapun.

"Itulah yang disebut proses. Dan kau telah menikmati hasilnya, wahai pemenang." Ujar Sòls.

Freya menoleh, ia mendapati sesosok makhluk ilahi yang tidak dapat ia gambarkan dengan kalimatnya. Sebab saat kau ingin menggambarkannya, sosok itu akan selalu berubah-ubah menjadi sebuah citra yang terus selamanya indah. Tidak pula dapat dipastikan bahwa ia pria atau wanita, remaja atau dewasa, tak berdaya atau perkasa, yang jelas Freya tahu bahwa sosoknya kekal.
"Hamba merasa tidak pantas menghadap Engkau," Balas Freya seraya bertekuk lutut menjatuhkan dirinya.

"Berdirilah, pemenang." Perintah Sòls, begitu lembut.

Freya pun melakukannya.

"Dunia ciptaan kami, terdiri dari dua ras yang berbeda. Yakni manusia dan bangsa vrag, di duniamu kau mungkin menyebutnya jin." JelasNya.

Mendengar hal itu, Freya hanya menyimak.

"Yang menjadi pembeda adalah, disini mereka hidup berdampingan. Membagi satu dimensi untuk ditinggali bersama. Membangun kekaisaran dan menempati tanahnya masing-masing." Jeda sejenak, Sols membiarkan Freya meresapinya. "Namun, bukan berarti selamanya mereka berdamai. Adakalanya perang terus berkecamuk. Korban terus berjatuhan. Mereka tak henti-hentinya memperebutkan cawan suci-ku."

Duchess Past Is An OtakuUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum