Bab 23

158 26 3
                                    

Lizt berbicara,
Tak seperti biasa.
Nampak sengsara.

  FREYA SUNTUK DI kamarnya. Ia bosan diperlakukan seperti orang disabilitas. Meski kaki Freya memang terkilir, bukan berarti ia tak berdaya. Itulah mengapa hari ini ia berisik sekaliーmerengek pada Lizt agar membiarkan ia jalan-jalan ke pusat kota. (Freya bermaksud memantau kondisi disana yang dikabarkan terlanda kelaparan)

"Tidak boleh, Lady." Tegas Lizt.

"Oh, ayolah! Lagipula aku pergi tidak dengan jalan kaki, melainkan dengan kereta kuda."

  Lizt menghela nafas.
"Tetap saja, tidak boleh. Maafkan saya, ini perintah langsung dari tuan Noir."

  Freya geram bukan main. Ia sudah merusak satu bantal dan akan melakukannya lagi. Sekarang, Freya memukul-mukul satu bantal yang lain sampai bulu angsa di dalamnya terbang berhamburan.
"Hih! Kenapa sih orang itu jadi keseringan ngatur?! Sok-sokan banget!"

Lizt memilih untuk diam, tidak menanggapi gerutuan Freya.

  "Kau juga, sejak kapan jadi penurut begini?! Padahal, Lizt yang kukenal sangat sembrono dalam banyak hal, khususnya bicara!" Tukas Freya, masih uring-uringan.

  "Ini demi keselamatan Anda, Milady."

  Freya mengerutkan dahi. Jarang-jarang wajahnya terlipat seperti ini kalau bukan karena ia yang sedang keheranan.
"Aneh. Kau jadi irit bicara, sungguh tak seperti dirimu yang biasanya. Apa ada yang kau sembunyikan dariku?"

"Tidak ada, Lady." Jawab Lizt singkat sembari menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.

  Freya menyipitkan mata. Jelas sekali ia tidak percaya.
"Akhir-akhir ini kau kerap dipanggil Noir. Sebetulnya apa yang kalian bicarakan?" Tanyanya.

Lizt menoleh kearah jendela, seolah mengalihkan pandangannya dari Freya.
"Bukan hal penting. Hanya sekedar apa-apa saja yang perlu dilakukan saat melayani kalian di kediaman ini. Supaya saya dapat cepat beradaptasi dengan para pelayan lain."

  Mencurigakan. Namun, untuk saat ini Freya memilih untuk tidak bertindak gegabah dengan memaksa Lizt membuka mulutnya sekarang juga.
"...Baiklah. Aku menyuruhmu untuk menyelidiki orang itu. Jadi, sudah sampai mana investigasinya?"

Lizt kembali menoleh pada Freya. Kali ini ia menangkupkan jemarinya di dagu. Kentara sekali sedang berpikir.
"Sejujurnya saya bingung soal informasi apa yang Anda butuhkan. Sebab, Lady tidak menjelaskanya secara spesifik. Akhirnya, saya hanya menghafal jadwal sehari-hari tuan Noir. Juga apa yang ia lakukan akhir-akhir ini dan makanan kesukaannya."

Freya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Ia baru sadar, perkataan Lizt ada benarnya. Ia lupa menjelaskan detail apa yang ingin ia ketahui.
"Itu juga boleh. Tapi sebetulnya yang ingin kuketahui adalah masa lalunya. Dan juga, mengapa ia dan kerabat Oswald disegani para pelayan disini."

"...Baik, Lady." Balas Lizt, ragu-ragu. Freya menyadari gelagat itu, tapi ia memilih untuk tidak berkomentar.

"Untuk sekarang jelaskan apa yang kau ketahui, Lizt." Perintah Freya.

Lizt pun menjelaskannya. Mulai dari jadwal, hal apa saja yang dilakukannya akhir-akhir ini, sampai makanan kesukaan Noir. Tak lupa Freya mencatat semua di note smartphonenya yang masih menyala. Setelah selesai, Freya pun berpikir.
Tidak ada yang janggal... Apa ini jebakan?

"Kerja bagus. Bayaranmu bisa kau ambil setelah ini. Dan, satu lagi, aku akan membayarmu dua kali lipat untuk informasi yang kuinginkan tadi. Aku harap kau melaporkannya padaku, sejujur-jujurnya." Tutup Freya. Ia sengaja menekankan kata di akhir supaya Lizt paham, bahwa Freya sama menakutkannya dengan Noir. Tak dapat ditipu, ataupun dibohongi dengan mudah.

Duchess Past Is An OtakuWhere stories live. Discover now