Bab 13

255 47 2
                                    

Senapan musket.
Untuk sekali bidik,
Butuh lima detik.

  SUDAH DUA PULUH tujuh menit berlalu sejak Adelaide dan Freya meninggalkan titik awal.

  "Apakah masih jauh?" Tanya Freya tidak sabaran. Sejak tadi, tiap tiga menit sekali gadis itu tak henti-hentinya bertanya. Adelaide hitung ini sudah ke-sembilan kali nya ia bertanya hal yang sama. Lady bersurai pirang itu sudah letih menjawab pertanyaan Freya, jadi ia pun mengabaikannya.

  "Aneh." Gumam Adelaide.

  "Hah?" Freya yang mendengar gumaman samar itu menelengkan kepala.

  "Aneh." Ulang Adelaide lagi. Kali ini intonasinya lebih jelas. "Seharusnya kita sudah berpapasan dengan pelaku. Jalan ini satu-satunya jalur menuju gudang penyimpanan. Tidak mungkin dia berada di lokasi kejadian, karena jelas lokasi itu benar-benar meledak."

Freya mengangkat bahu.
"Kecuali dia tipe teroris yang rela meledakkan dirinya sendiri."

Adelaide menoleh kebelakang, ia menatap Freya dengan tatapan jijik. Dahi nya mengernyit, jelas-jelas sang Lady tidak percaya dengan apa yang baru saja diutarkan Freya tadi. Seolah di dunia ini tidak ada orang yang cukup gila melakukan hal tersebut.

Menanggapi hal itu Freya balas menatap Adelaide, tidak terima.
"Apa? Asal kau tahu, aku tidak sedang bercanda. Di duniaku sudah banyak kejadian seperti itu." Jelasnya sedikit ketus.

  Adelaide balik menolehkan kepalanya kedepan, lurus menatap lorong remang-remang. Ia memilih untuk mengabaikan Freya. Untuk saat ini ia harus fokus, sebab barangkali ada petunjuk atau jejak-jejak kasat mata yang terlewatkan.

  Nihil. Tidak ada kejanggalan apapun.

  Sepuluh menit berlalu. Mereka berdua menyadari lantai yang mereka pijak berwarna hitam, gosong. Adelaide dan Freya sudah mendekati lokasi kejadian. Hawanya panas dan pengap, pun juga tercium bau serbuk mesiu terbakar.
"Berhati-hatilah." Ucap Adelaide.

  Freya balas mengangguk.

  Setelah melangkahkan kakinya jauh lebih dalam, akhirnya mereka mencapai lokasi kejadian. Dilihatnya ledakan itu meluluh lantakkan radius skala 500 m²

  "Aku tidak tahu kalau gudang penyimpanan seluas ini." Komentar Freya, kagum. "Yah, meski semuanya habis terbakar."

  Adelaide berjalan menuju pusat ruangan. Di langit-langitnya terdapat lubang menganga yang besar. Meski begitu, cukup tinggi untuk digapai apalagi dipanjat. Sebab kedalaman ruang bawah tanah sangatlah jauh dari permukaan.

"Sepertinya aku benar? Barangkali pelakunya ikut meledak bersama ledakan tadi." Ucap Freya dari kejauhan. Ia memilih untuk tetap berdiri di ambang lorong.

"Kalau begitu kejadiannya, kita tidak akan mendapat petunjuk dari merekー"

Bilah tajam menodong leher Freya. Sesosok pria berjubah hitam berdiri di belakang tubuhnya, menyadera sang pahlawan.
"Jangan bergerak." Bisiknya.

Adelaide terkejut. Ia tersadar rupanya ini semua adalah jebakan semata. Tapi rasanya tidak mungkin sosok itu tiba-tiba datang entah dari mana. Adelaide yakin sekali jalur menuju tempat ini hanyalah satu, dan itu adalah lorong yang baru saja mereka lewati. Mustahil bila mereka tidak berpapasan dengannya kecuali...
"Freya! Turuti perintahnya, jangan bergerak!" Teriak Adelaide. Ia baru saja menyadari sesuatu.

  Freya menggigit bibir, kesal. Sebetulnya sejak tadi ia ingin menyerang pria dibelakangnya, namun kali ini ia memilih untuk menurut.

  "Hoo, anak pintar." Puji si pria.

Duchess Past Is An OtakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang