Bab 11

281 62 7
                                    

Ekspresi konyol.
Begini rencananya.
Nah, bagaimana?

PUTRA MAHKOTA MELONGO, ia terkejut. Ditengah lantai dansa, pemuda itu memasang mimik wajah yang campur aduk; antara ingin tetap mempertahankan imejnya yang lembut, sekaligus ingin berteriak menyumpah serapah atau barangkali pingsan. (karena wajahnya pucat sekali)
"Kau sudah gila ya?"

Freya memutar kedua bola matanya, sebal.
"Sayangnya belum."

Mereka lalu menyudahi dansanya. Ditutup dengan klimaks yakni Freya yang berputar dan merendahkan punggung ke belakang, sementara tangan kokoh milik pangeran menopang tubuh sang puan.

"Aku tidak paham, kenapa kau memilih jalan tersebut? Kau bisa saja di kutuk." Bisiknya seraya menatap lekat-lekat kedua manik Freya. Wajah mereka dekat sekali.

Ditatap seperti itu membuat Freya merona malu. Jujur saja ia kurang pengalaman dengan hal-hal seperti ini. Tunggu. Harusnya kan dia uring-uringan, kenapa justru harus malu?
"Yah, kalau kau ingin mendengar penjelasannya bisa turunkan aku sekarang?" Pintanya ketus.

Mereka masih mempertahankan posisi itu.

  "Dengan melepaskan pegangan dan membuatmu terjatuh ke lantai marmer?" Tanya Putra Mahkota. Ia bahkan tersenyum jahil. Ekspresi yang tadinya keras seketika melunak karena melihat rona di wajah lawan bicaranya.

  "Tidak! dasar bodoh, maksudnya tarik aku keatas!" Desis Freya masih dengan wajah yang seperti kepiting rebus.

  Putra Mahkota pun menarik tubuh gadis itu.

  "Nah sekarang kau bisa menjelaskannya." Nadanya kembali serius.

  "Iya, tapi tidak disini. Bisakah kita pergi ke balkon?" Tanya Freya.

  Putra Mahkota mengernyit.
"Kenapa harus ke balkon, sementara ada ruang khusus."

  "Oh, benar. Bagus. Aku sampai lupa kalau kau pangerannya." Jawab Freya enteng.

  Mendengar hal itu, Putra Mahkota cemberut. Bagaimanapun juga ia belum pernah diremehkan oleh seseorang sampai sejauh ini. Biasanya gadis-gadis bangsawan akan memujanya, mengejarnya, segan padanya. Alih-alih begitu, Freya justru berlaku sebaliknya. Namun Putra Mahkota tahu, gadis tetaplah gadis. Mengingat sekilas wajah Freya yang merona tadi, pemuda itu lantas tergelitik. Disadarinya ia telah menganggap Freya adalah gadis yang menarik.

"Ikutlah denganku." Ajak Putra Mahkota.

Freya pun menurut.

Sesampai mereka di ruang peristirahatan khusus Royal Family, Freya baru menyadari fakta bahwa ia akan berduaan dengan si Putra Mahkota sialan ini di ruang tertutup.
Ih, tidak mau! Batinnya.
"Memangnya kau tidak ingin mengajak yang lain untuk membahas hal ini?" Tanyanya lurus, ia sedang berusaha mengatur rasa takut yang muncul dalam dirinya

"Kenapa kau bertanya begitu? Seolah kau tahu siapa-siapa saja sekutuku." Balas Putra Mahkota, heran. Pemuda itu lalu menghempaskan dirinya ke sofa. Ia mengisyaratkan Freya agar duduk di sebelahnya.

Sekarang bulu kuduk Freya persis berdiri.
"..Wah, sayangnya aku belum tahu." Lanjutnya dengan nada yang sedikit gemetar. Kini gadis itu sepenuhnya takut. Ia lalu berjalan mendekat, duduk dengan terpaksa dan memilih posisi yang jauh dari Putra Mahkota, di sisi ujung sofa.

Putra Mahkota menyadari gelagat Freya yang aneh.
"Kau kenapa sih?" Tanyanya dengan dahi yang mengkerut.

  "Aku takut!" Jelasnya terus terang. "Aku tidak ingin berada di satu ruangan yang isinya hanya ada kau dan aku. Aku ingin yang lain juga ada disini, aku tidak ingin berduaan denganmu!"

Duchess Past Is An OtakuDonde viven las historias. Descúbrelo ahora