Chapter 36

8.7K 595 44
                                    

"PESTA DANSA BESOK MALAM! Astaga aku harus memastikan apa semua make up-ku lengkap dan ..."

"Hannah!"

Gadis dengan rambut brunette kebanggaannya yang Ia kepang samping itu cekikikan karena protesanku. Aku sebisa mungkin menahan amarahku untuk tidak mencekik lehernya.

"Kau terlalu berisik. Tenanglah dan bereskan lokermu," perintahku tegas.

Hannah cengengesan sebelum membuka pintu lokernya. Kami baru saja keluar dari kelas terakhir kami hari ini—Geografi. Sebenarnya kelas yang paling malas kuhadiri karena materi-nya sama sekali tidak kupahami, guru pembimbingnya benar-benar membuatku mati kebosanan,

"Anne, aku sungguh penasaran bagaimana penampilanmu besok hari," Mandy menyikut lenganku bersemangat.

"Kau di dandani di tangan yang tepat, kan?" Tanya Hannah seraya meletakkan buku-bukunya di dalam loker.

Seketika aku teringat dengan kekasih kakakku, Barbara. Dialah orang pertama yang mengatakan ingin membantu mendandaniku. Tapi, sejak hari dimana Niall menghilang, kabarnya tak terdengar lagi. Barbara jarang datang ke rumah. Setiap aku menghubungi ponselnya selalu tidak aktif. Kalau pun aku bertanya kepada Harry, Louis, Liam dan Perrie (yang akhir-akhir ini sering mampir ke rumah), mereka akan menggeleng tidak tahu.

Aku memutuskan untuk mencoba menghubungi ponselnya lagi. Namun hasilnya sama saja.

"Nomor yang Anda tuju sedang tidak—"

"Cih. Dia kemana, sih?" Keluhku sedih.

"Barbara, ya?" Tanya Mandy dan Hannah nyaris berbarengan.

"Iya. Sejak lama aku mencoba meneleponnya tapi tidak diangkat juga," kataku sedikit kesal.

"Mungkin dia syok karena Niall?" Tebak Mandy sambil menoleh padaku.

Aku terdiam saat Mandy menyebut nama Niall. Kurasa tebakan Mandy ada benarnya juga. Sepertinya Barbara khawatir dan syok karena Niall menghilang, dan mungkin Ia membutuhkan waktu sendirian dulu.

"Tadi ada pengumuman dari Mrs.White," Hannah menatapku dan Mandy dengan sumringah. "Karena besok malam pesta dansa, besok diliburkan. Karena pihak sekolah harus mempersiapkan acaranya di ball room, tepatnya di The Plaza Hotel."

Kedua mataku membelalak mendengarnya. "Sungguh? The Plaza Hotel?" Pekikku tak percaya. Secara hotel itu adalah hotel bintang lima di kota N.Y, jadi rasanya cukup hebat kalau sekolah kami mengadakan pesta dansanya disana!

"Anne!"

Aku menoleh. Greyson berjalan cepat menghampiriku bersama Cody yang mengekor di belakangnya.

"Ya? Ada apa?" Tanyaku tenang.

"Maaf aku tidak bisa mengantarmu pulang sekarang," Greyson menunjukkan cengiran lebarnya padaku. "Ada suatu hal yang harus kupersiapkan."

"Kalau begitu aku akan pulang pakai bus saja. Memangnya kau ada urusan apa?"

"Pesta dansa," dengan kompak Greyson dan Cody menunjukkan brosur acara itu, dilengkapi senyuman lebar di wajah mereka. "Kami ingin mencari tuxedo yang keren untuk besok," ucap Cody dengan percaya diri.

Aku tersenyum. "Oke. Aku—"

Tiba-tiba ponsel yang ada di genggamanku berbunyi. Aku melihat layarnya dan segera menerima telepon tersebut saat tertera nama Zayn disana.

"Halo, Zayn."

"Hai. Tebak siapa yang menunggumu di depan sekolah sekarang."

"Bruno Mars?"

COUNTDOWNWhere stories live. Discover now