Chapter 11: I Don't Care

13.2K 897 27
                                    

( Anne's Pov )

"Cuit cuit cuit."

Hoaahmm.

Uh, kenapa rasanya wajahku panas?

Kubuka kelopak mataku, dan aku langsung disambut oleh cahaya matahari yang masuk ke dalam kamarku dan langsung menyoroti wajahku. Spontan aku menarik selimut hingga menutupi kepala.

Loh. Tunggu. Selimut?

Aku menoleh seraya mengibaskan selimutku. Aku berada di kamarku, masih memakai pakaian yang kukenakan kemarin.

Bukankah aku ada di padang bunga bersama Greyson? Kenapa sekarang aku sudah di kamarku?

Ah, sudahlah. Mungkin, Greyson yang mengantarku.

Greyson?

Aku ingat kalau sekarang, dia adalah pacarku.

Astaga aku tidak percaya kalau aku sekarang sudah mempunyai pacar!

"Breanne, kau mau tidur sampai kapan?!"

Ugh. Niall.

Dengan malas aku duduk. Kugaruk kepalaku yang tidak gatal, lalu memandangi pintu. Rasanya aku mendengar suara seseorang selain Niall. Itu suara Greyson.

( Greyson's Pov )

Aku duduk di sofa ruang keluarga. Sebenarnya aku sekarang sedang rumah Anne, seperti biasa--untuk mengajaknya pergi ke sekolah bersama.

Niall keluar kamarnya seraya memakai jas hitamnya. Lalu Ia duduk di sofa di depanku. "Aku tidak sempat menanyakan ini kepadamu kemarin. Kalian kemana semalam?" tanya Niall.

"Aku mengajaknya ke padang bunga di luar kota," jawabku tenang. "Dan syukurlah, Anne menyukainya."

Niall tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. Ia melirikku, "apakah terjadi sesuatu disana?" tanya Niall.

Glek.

Semoga Niall tidak mendampratku, tidak menembakku sampai mati, tidak melemparku keluar jendela atau apapun itu ...

Dengan ragu aku menatap Niall. Ia tampak serius. Maksudku benar-benar serius, tidak ada raut wajah bercanda atau bahkan tenang disana.

Aku mendehem sebentar. Kuberanikan diri meliriknya. "Aku menyatakan perasaanku padanya kemarin. Dan ... sebenarnya, kami sudah berpacaran ..." ujarku gugup.

Hening.

Astaga apakah dia sedang menodongkan pistolnya padaku?! Karena aku tidak berani untuk menatapnya sekarang!

Dengan ragu aku memberanikan diri melirik Niall. Tak kusangka, pria berambut pirang itu tersenyum. Ia tampak lega dan ... terharu? Kuharap aku salah lihat, tapi matanya itu berkaca-kaca.

"Niall?" panggilku heran.

"Well ..." Niall bangkit dan menepuk bahuku. "Jaga adikku baik-baik. Jika kau melukainya, aku bersumpah akan menembakmu dengan pistolku."

Aku menggeleng cepat seraya mengangkat kedua tanganku. Astaga, dia benar-benar mengerikan! Niall sekarang bersikap layaknya Ayah yang sangat protektif kepada anak gadisnya.

Tenanglah Greyson. Jangan berlebihan. Itu wajar. Anne berharga bagi Niall, dan jangan sampai aku mengecewakannya.

Lagi pula Anne berharga juga bagiku. Aku menyayanginya, dan aku tidak akan pernah melukainya. Tidak akan pernah membiarkan gadis itu meninggalkanku.

Aku mencintainya.

"Greyson Michael Chance," ujar Niall dengan suara tegas. Ia mendekatkan wajahnya padaku, "kau dengar aku?"

COUNTDOWNWhere stories live. Discover now