Chapter 9: Only

13.4K 982 46
                                    

Aku kini sedang di toko optik bersama Mandy. Karena kacamata Mandy pecah, Ia harus secepatnya membeli kacamata baru karena Mandy benar-benar tidak bisa melihat dengan jelas jika tanpa benda itu. Well, kesimpulannya Mandy sebuta kelelawar jika tidak menggunakan kacamata.

Sejujurnya, aku masih kefikiran tentang kejadian tadi. Tiba-tiba Mandy terjatuh, padahal aku disebelahnya dan aku sama sekali tidak melihat sesuatu yang dapat membuatnya terjatuh seperti itu. Dan entah kenapa aku langsung menoleh kepada Jack, yang dengan tampang shock menatapku dan Mandy. Lalu Ia panik sendiri dan meninggalkan sekolah.

Mencurigakan.

"Anne, bagaimana menurutmu?"

Aku mendongak. Mandy memakai kacamata berbingkai merah marun yang simpel namun modern. Aku tersenyum dan mengangguk, membuat temanku itu tersenyum lebar.

"Nah ..." Cody menghampiri kami berdua bersama Greyson. Mereka baru saja dari apotek untuk membeli perban dan obat untuk mengobati luka di lutut Mandy. "Kita bersihkan lukamu dulu, Mandy."

Mandy hanya mengangguk. Cody menuntun Mandy duduk di kursi yang tersedia di depan optik. Ia membersihkan luka Mandy dan mengobatinya.

"Aku tidak tahu kau bisa mengobati luka seperti itu," komentarku kagum.

"Well ..." Cody menutup luka di lutut Mandy dengan plester. "Aku mempunyai sepupu yang hiperaktif. Kau tahu apa yang terjadi pada mereka selanjutnya."

Aku tersenyum geli. Kemudian aku melirik Mandy. "Bisa berjalan, Nona Pierre?" tanyaku kalem.

Mandy mengangguk pelan. "Yah, asal tidak berlari," gumamnya seraya meraba plester di lututnya. "Terima kasih banyak, Cody."

"Anything," Cody tersenyum kepada Mandy.

Aku melirik Greyson, lalu ketika Ia menatapku aku menunjuk kedua temanku itu. Ia sepertinya tahu apa maksudku karena Greyson hanya mengangkat bahunya dengan senyuman mencurigakan.

"Aku dan Cody akan membeli minuman. Kalian tunggulah disini," kata Greyson seraya mengusap kepalaku lembut.

Aku hanya mengangguk. Mereka berdua kemudian berjalan meninggalkanku dan Mandy yang masih duduk di kursi yang tersedia di depan optik. Hanya Mandy yang duduk, sih. Sebenarnya aku masih berdiri memandangi Greyson dan Cody, memastikan mereka tidak kabur untuk meninggalkanku dan Mandy disini.

"Wah, wah ... two pretty girls here."

Spontan aku menoleh. Dua laki-laki yang sepertinya sebaya dengan kami, tersenyum penuh arti kepadaku dan Mandy.

Mandy yang tidak suka jika ada laki-laki tak dikenal mendekatinya, langsung berdiri dibelakangku. Sedangkan aku hanya menatapi kedua lelaki itu dengan datar.

"Ada apa?" tanyaku dingin.

"Chill. Kami ingin mengajakmu bersenang-senang, mungkin ... berkaroeke dan bertemu dengan beberapa teman kami?" tanya salah seorang dari mereka yang berkaus merah.

Aku melirik temannya yang satu lagi. Aku tahu, dia diam-diam melirikku dari ujung kepalaku sampai kaki dengan tatapan menjijikkan. Dasar cowok.

"Tidak. Kami harus pergi. Come on, M," aku menggamit tangan Mandy dan menariknya menjauhi kedua orang labil itu.

"Hei, tunggu dong!"

Salah seorang dari mereka tiba-tiba menarik lenganku hingga aku berhenti melangkah. Dengan cepat aku berbalik dan menampar pipinya, membuat orang itu kaget.

"Jangan berani-beraninya menyentuhku," ancamku tajam. "Kalian akan menyesal jika berurusan denganku."

"Oh, hahaha! Kami takut sekali! Apa kau akan memanggil para Agent FBI dan polisi agar melindungi kalian berdua yang berlagak sok suci?!" bentak temannya dengan tawa yang berlebihan.

COUNTDOWNWhere stories live. Discover now