Chapter 32: Shopping

8.3K 624 25
                                    

Sekarang sudah pukul sembilan malam. Aku masih terkurung di mall ini bersama Mandy dan Hannah. Mereka sudah menemukan gaun untuk mereka di toko yang sama, dan kini giliranku mencari gaun.

Ya, aku harus tampil cantik saat di pesta dansa nanti. Harus. Niall pasti kagum dengan tekadku sekarang yang bertahan selama berjam-jam di mall hanya untuk mencari gaun untuk pesta dansa. Karena sebelumnya, aku tak pernah peduli tentang pesta semacam ini. Sampai aku teringat Greyson.

"Ini toko terakhir!" Desah Hannah dengan suara lega, sekaligus lelah.

Kami bertiga berdiri di toko di depan kami--toko gaun bernuansa hitam. Gaun-gaun yang terpajang di manekin di etalase depan toko itu terlihat anggun, namun sederhana dan warnanya pun tak jauh berbeda dengan nuansa toko itu--berwarna gelap.

"Ayo masuk," kataku senang. Aku suka warna hitam dan toko ini sukses membuatku tertarik.

Mandy dan Hannah mengikutiku masuk ke dalam toko itu. Di depan pintu adalah kasir, lalu dibagi dua ruangan. Ruangan sebelah kiri khusus pakaian santai dan seberangnya ruangan khusus pakaian formal. Jadi, kami bertiga berbelok ke ruangan sebelah kanan.

Saat kami masuk, aku berdecak kagum. Banyak gaun tergantung rapi di rak-rak gantung di dinding maupun tengah ruangan. Ruangan ini pun nyaman--berlantai kayu, ber-wallpaper vintage hitam dan dilengkapi aksesoris simpel yang membuat ruangan ini semakin menarik. Apalagi ketika aku melihat-lihat desain gaunnya, mampu membuatku gembira--untuk pertama kalinya.

"Aku ingin membeli semuanya!" Jeritku bahagia seraya berlari ke sebuah rak gantung.

"Have fun!" Sorak Mandy yang kini duduk di sofa yang tersedia, sedangkan Hannah ikut memilihkan gaun untukku.

***

"Wow, Anne, kau cocok dengan gaun itu!" Komentar Hannah takjub.

Aku mengernyit mendengar komentar Hannah. Sekali lagi, aku memutar tubuhku di depan cermin lebar di ruangan ini, memerhatikan refleksi gaun di tubuhku ini.

"Yah ... gaun ini memang tidak jelek," aku mengangkat sedikit bagian rok gaun ini.

Setelah sejam memilih-milih gaun, aku akhirnya memakai gaun ini--gaun bermotif vintage berwarna hijau yang dilapisi kain hitam yang tembus pandang. Pokoknya, gaun ini cantik!

"Tidak jelek?! Gaun itu memang bagus!" Seru Mandy yang entah sejak kapan telah berdiri disebelah Hannah.

"Dan sepatu ini cocok untuk gaun itu," Hannah menunjukkan sepatu berhak pendek berwarna abu dan hitam. Kemudian Ia menatapi rambutku, "lebih baik nanti rambutmu di gerai saja."

"Okay!" Aku bersorak senang.

Setelah mengganti pakaianku, aku membayar gaun dan sepatu itu ke kasir. Semuanya menghabiskan uang $987.56 dolar. Bagaimana reaksi Niall saat tahu uang jajanku dalam enam bulan ($1000) habis dalam sehari? Yang pastinya dia tidak akan membiarkanku pergi ke mall lagi.

Tunggu.

"Hannah," aku menepuk bahunya yang kini tengah memilih make up untukku.

"What?" Hannah berbalik seraya memegang sebuah lipstick berwarna peach yang agak tua. "Oh ya. Warna lipstick ini cocok untu--"

"Oke, terima kasih itu memang bagus. Pukul berapa sekarang?" Tanyaku cepat.

Mandy yang berdiri disebelahku memandangi arlojinya. "Setengah sebelas malam," katanya dengan ekspresi nanar.

"Apa?! Astaga Niall akan membunuhku!" Jeritku panik. "Ayo kita pulang!"

"Tunggu! Aku membayar make up-mu dulu!" Hannah berlari ke kasir, sedangkan aku dan Mandy sudah berdiri cemas disini.

COUNTDOWNWhere stories live. Discover now