Chapter 25: Kill Him!!

9.1K 674 33
                                    

Aku dan Zayn sdg di rumah. Cepatlah pulang untuk makan malam. Kau melanggar jam malammu, gadis kecil! -Niall

"Aaargh kebiasaan!" Omelku dongkol seraya meremas ponselku sendiri.

"Ini salahku karena Moses mogok mendadak di tengah jalan, jadi kita telat pulang. Tenang saja, aku akan menjelaskan semuanya kepada Niall serinci-rincinya ..." ujar Greyson tanpa sempat bernafas.

"Greyson, kau yang harus tenang," aku mengusap pundaknya, bermaksud menenangkannya. "Niall-nya saja yang terlalu protektif."

"Itu wajar. Sudah kukatakan berkali-kali, kan? Itu karena kau adalah adik gadisnya satu-satunya," ujar Greyson. Ia menggamit tangan kiriku lalu menoleh padaku. "Dan kau satu-satunya gadisku."

"Oke sejak kapan kau menjadi penggombal?" Tanyaku sarkastik.

Tawa Greyson meledak. Ia berusaha tetap mengendalikan setir dengan satu tangannya karena tangannya yang lain menggamit tanganku. "Dari seseorang bernama Harry Edward Styles," jawab Greyson mantap. "Oh jangan lupa Louis dan Liam juga."

Pantas saja.

"Padahal kalian baru bertemu kemarin," kataku tidak percaya karena sifat gombal Harry, Louis dan Liam yang memuakkan bisa menular dengan cepat kepada Greyson.

"Tidak. Kau lupa kalau Harry dan Louis adalah teman sekampus Tanner dan mereka sering main ke rumahku," tukas Greyson. Ia membelokkan setir mobilnya ke arah jalan besar menuju kota. Sejujurnya disekeliling jalan ini hanyalah padang pasir dan pegunungan yang gersang. Tapi untungnya langit cerah karena cukup banyak bintang yang bersinar, juga bulan purnama yang menyinari malam.

Aku kembali memandangi jalanan yang sepi. Aku membiarkan Greyson menggamit tangan kiriku sedangkan tangan kirinya mengendalikan setir dengan santai. Kurasa Niall memang akan memarahiku (dan Greyson) habis-habisan ketika sampai di rumah nanti. Karena: sekarang hampir pukul delapan malam tapi kami masih membutuhkan setidaknya satu setengah jam perjalanan untuk pulang ke kota. Mana tadi Moses sempat mogok.

"Aku rasa aku lihat seseorang jauh di belakang mobil, menggunakan motor," Greyson melirik kaca spion yang tergantung di atas dashboard.

"Really?" Aku menoleh ke belakang. "Tidak ada apapun. Di jalan ini hanya ada kita, dan Moses."

"Ooh. Apa fatamorgana?" Gumam Greyson.

Sontak aku menoleh padanya. "Tidak ada fatamorgana di malam hari, Greyson Chance," sahutku sarkastik.

Greyson tertawa geli. "Sejak kapan kau menjadi sassy seperti itu, Breanne? Barbara atau Perrie?" Tanya Greyson mencoba mengalihkan pembicaraan.

"No. Aku memang sassy. Kau saja yang baru menyadarinya," aku mengibaskan rambutku dengan dramatis.

Greyson lagi-lagi tertawa. Aku menoleh ketika Ia sedikit mengangkat tanganku, dan ternyata Ia mencium punggung tanganku dengan tatapan lurus kepadaku.

Aku tidak bisa lagi menahan senyumanku.

"Tidak ada kendaraan disini, kan?" Tanyaku sambil terus menatap sepasang mata hazel milik Greyson.

Greyson tersenyum. Ia menarik daguku ke bawah hingga mulutku sedikit terbuka. "Kau yang bilang sendiri disini hanya ada Moses, dan kita," bisik Greyson tepat di depan wajahku.

Damn no. Dengan cara berbicaranya yang lembut dan wajahnya yang sedekat ini denganku, membuat kakiku sukses melemas layaknya jeli.

Greyson tertawa kecil melihat sikapku sekarang. Sedetik kemudian Ia mencium bibirku lembut, tapi tangan kirinya masih mengendalikan setir dengan tenang dan laju yang normal.

COUNTDOWNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang