Chapter 4: Happening

24.8K 1.3K 42
                                    

(Anne's Pov)

Seaneh apapun yang terjadi di antara aku dan Greyson kemarin, aku berusaha melupakannya. Walaupun itu percuma karena hal pertama yang kupikirkan saat bangun pagi ini justru ketika Greyson nyaris menciumku. Nyaris. Dan aku diam saja. Apa dengan itu?

Astaga. Memikirkan hal ini hanya akan membuang waktu. Aku lekas mengambil kotak sereal dan susu dan menuang keduanya ke dalam mangkuk. Sebelum duduk, aku pun mengambil segelas air. Sandwich yang sudah kubuatkan Niall masih belum tersentuh di atas meja.

"Niall!" aku berteriak memanggilnya. "Aku sudah membuatkanmu sarapan!"

"Tunggu!" aku mendengarnya berseru. "Anne, bagaimana menurutmu?"

Aku menoleh. Niall muncul dari kamarnya sambil membetulkan dasi. Ia berjalan menghampiriku. Ia tampak tampan dengan setelan jas, apalagi dengan rambut pirangnya yang agak berantakan.

"Tidak jelek," aku tersenyum jahil.

Ia tertawa singkat. Ia duduk di kursi di seberangku dan mulai menyantap sarapannya. "Oh, ya," ia meraih gelas susunya dan menyesapnya setelah bertanya padaku, "Jadi, bagaimana menurutmu?"

"Tentang?"

"Lisa."

Yang kupikirkan bukanlah wanita ramah nan baik itu. Justru anak lelakinya. "Uh ..." aku menekan pelipisku. "Dia baik."

"Baik?" ia mengangkat satu alisnya. "Dia sangat baik. Dia memberi kita sepiring besar lasagna."

Aku hanya mengangguk.

"Lalu ..." ia menggigit selada. "Greyson?"

Aku melirik Niall. Dan saat itu juga aku ingat ketika Greyson hendak menciumku. Jantungku langsung berdetak heboh. Aku spontan menunduk, menyembunyikan wajahku yang memerah dari kakakku.

"Huh?" ia mengangkat dagunya. Matanya melebar, "Kumohon katakan kalian tidak melakukan apa yang kupikirkan."

"Apa yang kau pikirkan-astaga," aku menepuk keningku dan menatapnya tak percaya. "Aku enam belas tahun, Niall! Dan informasi untukmu, kami tidak melakukan apapun!"

"Lalu, kenapa pipimu memerah?" 

Aku mendengus frustrasi. "Well-"

"Lupakan," Niall mengangkat kedua tangannya. "Aku lebih penasaran tentang ucapan Greyson tentangmu yang menyiramnya dengan lemonade fettucini."

Aku diam. Tapi, Niall menatapku tajam. Menuntut jawaban. Apa boleh buat. Jadi, aku menceritakan semuanya. Aku jadi teringat tingkah Greyson yang menyebalkan kemarin, jadi aku terbawa suasana dan menceritakannya dengan berapi-api. Selama aku bercerita, ia mendengarkan tanpa menyela ucapanku sama sekali.

"Aku harus bagaimana, Niall?" tanyaku pasrah. Aku menatapnya yang kini bangkit dari kursi dan berjalan ke sampingku. "Greyson sudah curiga."

Ia tersenyum simpul. "Kau sudah cukup dewasa, Anne. Aku tahu kau tahu mana yang baik dan tidak untukmu sendiri," ia mengatakannya sambil membenarkan kancing di bagian ujung lengan kemejanya. "Lagi pula, aku tidak pernah memaksamu untuk bertingkah bak berandalan, bukan? Ini keputusanmu agar teman-teman sekolahmu tidak terluka. Kurasa, kau tidak perlu melakukannya lagi. Kurasa kau hanya perlu mengatur emosi dan kemampuanmu sendiri."

Aku mendengarkan, tetapi tidak menjawab.

"Hei," ia berlutut di depanku yang masih berada di atas kursi. Ia menggamit kedua tanganku dan menatapku sambil tersenyum lembut, "Lebih baik memutuskan sesuatu dengan lama demi hasil yang lebih baik."

COUNTDOWNOnde histórias criam vida. Descubra agora