Chapter 5: Feeling

18.8K 1.2K 47
                                    

Niall tak juga keluar dari kamar Anne. Karena bosan, aku kembali ke lantai satu. Sebelumnya aku tidak pernah mengunjungi rumah mereka. Dan sejauh yang kulihat, walaupun mereka hanya tinggal berdua tanpa orang tua, rumah ini tanpa sangat bersih dan terawat. Bahkan beberapa barang di rumah ini tergolong mewah dan mahal. 

Aku berjalan ke ruang keluarga, lalu perhatianku terpusat ke meja dengan sejumlah pigura di atasnya. Ada foto Anne dan Niall saat masih kecil hingga dewasa, lalu foto kedua orang tua mereka. Tetapi, yang paling membuatku tertarik adalah satu foto Anne sedang di dalam mobil. Tidak ada maskara hitam di sekitar mata dan pakaian serba hitam. Ia tampak jauh lebih manis dan sederhana.

"Greyson."

Niall berjalan menghampiriku dari tangga. Ekspresinya datar dan penuh selidik. "Duduklah. Aku ingin berbicara denganmu."

Aku menurut. Kami berdua duduk di sofa ruang keluarga, saling berhadapan. Baik aku dan Niall tak langsung berbicara seperti ucapannya tadi. Saking heningnya, aku bisa mendengar suara nafasku sendiri. 

Aku melirik Niall. Entah sejak kapan ia sudah memberiku tatapan dingin yang menyeramkan itu.

"Bukan aku yang membuatnya pingsan."

Ia mengangkat sebelah alisnya padaku, "Lalu, siapa?" 

"Aku tidak tahu! Maksudku ..." aku menghela nafas frustrasi. "Terjadi sesuatu di sekolah pagi tadi dan itu membuatnya membolos semua pelajaran seharian ini. Jadi, aku mencarinya."

Niall tersenyum sinis, "Semua murid di sekolahmu itu keparat."

Aku meliriknya sewot. Tetapi, aku tak protes. Aku pernah menjadi keparat seperti ucapannya. "Terima kasih."

Ponselku berdering. Telepon dari Cody. Apa mau anak ini. 

"Kau tidak akan percaya ini!" ia berseru-seru heboh begitu aku mengangkat teleponnya. "Kau tahu Lee? Dari kelas C?"

"Kau dan teman-teman berencana menindasnya hari ini, bukan? Memangnya ada apa dengannya?"

"Dia meninggal!"

"Itu urusanmu, Cody! Aku tidak terlibat dan jangan berani-beraninya ..."

"Dengarkan aku dulu! Ya, aku dan teman-teman memang menindasnya karena dia menolong Breanne tempo hari. Tapi ..."

"Breanne?"

Niall langsung menoleh. Aku mengaktifkan mode loudspeaker agar Niall bisa mendengarnya juga. Niall langsung menggeser posisi duduknya di sebelahku.

"Ya, Breanne Corby si bad girl dari kelas E. Lee menolong gadis itu kemarin dan itulah alasan kami menindas Lee. Tapi, Lee meninggal bukan karenaku, Greyson. Dengarkan dulu ceritaku."

"Lanjutkan."

"Oke. Jadi ketika aku dan teman-teman sedang menghajar Lee, Breanne datang dan melindungi kutu buku itu. Aku dan teman-teman mengusir dan menghina Breanne agar dia pergi. Tepat setelah itu Breanne marah dan tiba-tiba saja langit menggelap dan ada petir besar! Kau percaya itu, Greyson? Seperti sihir!"

Aku memandang Niall. Ia sama sekali tidak kaget ketika Cody mengatakan sihir. Ia hanya diam dengan wajah dinginnya. Tapi Ia terlihat marah.

"Jadi aku dan teman-teman kabur, meninggalkan mereka berdua di taman. Tak lama aku mendengar berita Lee ditemukan tewas di taman, tepatnya di atas tangga dengan kepala berdarah."

Aku hanya diam. Tidak tahu ingin berkomentar apa.

"Tapi kami yakin kalau Breanne yang membunuhnya. Bagaimana menurutmu?"

COUNTDOWNWhere stories live. Discover now