Chapter 28: Confused

9.1K 683 28
                                    

Greyson mengerem mobil perlahan tepat di depan rumahku. Aku memandang suasana rumahku, dari luar sini aku bisa mendengar suara teriakan Niall dan Zayn. Mereka sedang apa, sih?

Aku menoleh saat tangan Greyson menggamit tanganku. Ia tersenyum, "karena besok libur, kurasa aku akan mengajakmu pergi. Tapi terserah padamu. Kau mau kemana?"

Benar juga. Besok kan hari Sabtu.

Aku diam, menerawang. Setelah beberapa detik berfikir aku menoleh kepada Greyson, "aku mau menjenguk makam kedua orang tuaku. Kuharap kau tidak keberatan," ujarku pelan.

"Tentu saja tidak. Aku akan mengantarmu," Greyson menunjukkan senyuman hangatnya padaku. "Telepon saja aku besok kalau kau sudah siap. Sekarang, turunlah dan beristirahat."

"Good night," sahutku dengan suara penuh kehormatan. Aku mencondongkan tubuhku kepadanya lalu mencium pipinya kilat. "And good bye."

Greyson balas mengangguk hormat. Aku tersenyum, memutuskan untuk segera masuk ke rumah untuk mencari tahu apa yang Niall dan Zayn lakukan hingga mereka saling berteriak.

Ooh. Mereka bermain play station, tepatnya game perang.

"Niall," aku berdiri dibelakang sofa yang mereka duduki. Membungkuk untuk mencium pipi kakakku.

"Hai Sister," Niall me-pause game PS-nya, lalu membalas ciumanku.

"WHAT?! Kenapa kau pause?! Aku hampir menembak tentara Rusia itu!" Jerit Zayn sambil meninju lengan Niall. Melihatnya aku memutar bola mataku, sedangkan Niall mengaduh pelan.

"Tunggu sebentar! Kau tidak lihat adikku sudah pulang?" Sungut Niall. Ia menoleh padaku yang tengah berjalan menaiki tangga, "Anne, aku sudah memasak daging cincang panggang dan baked potato untuk makan malam."

"Okay. Aku akan mandi dulu."

Sekitar setengah jam, aku selesai mandi dan berpakaian--celana cokelat selutut dengan kaus tanpa lengan berwarna putih. Rambutku kubiarkan tergerai. Aku menyantap makan malamku di ruang keluarga, sekalian menyaksikan Niall dan Zayn yang masih berusaha membunuh sekelompok tentara Rusia.

"Pfft. Kalian payah," komentarku saat tentara Niall dan Zayn lagi-lagi mati, dan itu berarti mereka harus mengulangnya dari level pertama.

"Jangan menghina. Bagaimana kalau kau yang bermain bersamaku?" Tantang Zayn sebal.

"Aku bersedia tapi aku masih berurusan dengan kekasihku," aku menyendok baked potato, memasukkannya ke dalam mulutku dan mengunyahnya dengan nikmat.

"Sejak kapan kau putus dengan Greyson dan berpacaran dengan sepiring baked potato?" Sahut Zayn sarkastik.

Aku menatapnya tajam. "Kau menyebalkan," komentarku sinis.

"Dari pada kalian saling menghina, lebih baik kau menerima tawarannya, dan aku akan menyuapimu," lerai Niall seraya mengambil piring dari tanganku.

"Fine," aku mengalah. Aku mengambil stick PS dan menempati bokongku disebelah Zayn, tepatnya duduk diapit manusia Arab itu dan kakakku. "Ayo, mulai."

Aku dan Zayn saling berlomba membunuh tentara Rusia, membandingkan siapa yang paling banyak membunuh. Sesekali aku menoleh kepada Niall yang masih setia menyuapiku, atau malah dia yang memakan makan malamku.

"Oke ini aneh. Kau bermain ini sambil makan tapi aku kalah jumlah denganmu!" Protes Zayn gemas.

"Hahaha terima saja kekalahanmu, Mr.Zayn Malik!" Tawaku puas.

"Hei, jangan tertawa seperti itu atau kau akan tersedak. Minumlah," Niall menyodorkan segelas air padaku dan aku langsung meneguknya habis.

"Thanks, Niall--YAAAY KITA MENANG!" Jeritku senang, secara spontan merentangkan kedua tanganku ke atas. Aku dan Zayn menari dan melompat liar di atas sofa sambil saling ber-high five.

COUNTDOWNWhere stories live. Discover now