Chapter 30: Reality

7.9K 644 29
                                    

Semuanya sudah jelas.

Ternyata itulah penyebab aku mendapat kemampuan aneh ini.

Aku memang dikutuk!

Itu sebabnya juga kenapa Mandy, Hannah, Jack dan Cody mendapat kemampuan sepertiku. Sanak keluarga mereka satu tim dengan Ayah yang bertugas menghancurkan kelompok itu! Namun, Greyson? Di tim Ayah, tidak ada Agent bernama belakang Chance.

Juga ... kalau ini memang kutukan, kurasa ini agak aneh. Maksudku, kalau difikir baik-baik kutukan ini tidak terlalu buruk.

"Ada berapa orang dalam tim Ayah?" Tanyaku dingin.

"Jika termasuk Ayah dan Ibu, berarti ada ... tujuh orang," jawab Niall.

Tujuh?

Ayah dan Ibu, Arnold Pierre, Sienna Henderson, Gerry Simpson, Maria Jackson ...

Seorang lagi?

Apakah dari keluarga Greyson?

"Aku harus pergi," aku menggapai jaketku dan memakainya.

"Anne, maafkan aku baru memberitahumu sekarang--"

"Kau harus tahu, kalau aku berhak mengetahui ini. Aku juga anak dari Ayah, aku adikmu, kau seharusnya memberitahuku!"

Niall bungkam. Ia tampak bersalah dan kecewa. Namun aku mengabaikannya. Aku terlalu kesal padanya yang menyembunyikan hal besar dariku.

( Greyson's Pov )

"Aku pulang," aku berjalan memasuki ruang keluarga yang sepi. "Mom? Dad?"

Tidak ada sahutan.

"Alexa? Tanner!" Aku berjalan menaiki tangga menuju lantai dua. "MOM! DAD!"

"Gosh, whaaat?!"

Aku mendongak ke lantai satu, mendapati Alexa yang kini berdiri di depan tangga sambil berkacak pinggang. Ia sepertinya baru bangun tidur siang--terlihat dari ekspresi wajahnya yang mengantuk.

"Dimana Mom? Juga Dad? Aku ingin menanyakan sesuatu kepada mereka," kataku seraya berjalan menuruni tangga.

"Hm ... mereka sedang pulang ke Oklahoma untuk dua hari--" kata Alexa, setengah menguap.

Aku mendengus malas. Mereka pergi di saat yang tidak tepat.

"Memang apa yang ingin kau tanyakan?" Alexa berjalan menuju dapur. "Sepertinya penting sekali."

"Yes," aku mengangguk setuju. Aku berjalan mengikutinya, memerhatikannya yang kini tengah meneguk segelas air.

Alexa melirikku. "So, just ask me. Mungkin aku tahu jawabannya," ujarnya, berbaik hati.

Aku mengernyit, menatapnya ragu. "Really? Alexa, ini penting. Aku menanyakan ini padamu jadi jangan menceritakannya pada Mom, Dad maupun Tanner," ucapku risih.

Alexa menatapku heran. "Yeah, sure," sahutnya sembari mengangkat kedua bahunya.

"Great. Apakah ada saudara kita yang meninggal pada tanggal 6 Juli 2001?" Tanyaku cepat.

Alexa yang masih meneguk minumannya langsung berhenti, bahkan beberapa tetes air keluar dari mulutnya. Ia tampak kaget.

"Whuat?" Gumamnya tidak jelas karena masih ada air di dalam mulutnya.

"Minumlah dulu," pintaku malas.

Alexa langsung menuruti permintaanku, lalu Ia menatapku heran. "Aku tidak tahu se-detail itu!" Kata Alexa.

COUNTDOWNWhere stories live. Discover now