16. "Untuk Istriku...."

1.6K 237 22
                                    

"Selamat datang, Yang Mulia!"

Wanita tua berjubah hitam itu menyapa Sasuke dengan hormat. Dan Sasuke yang di sapa hanya menganggukkan kepala nya pelan, kemudian duduk di sofa lapuk itu. Postur nya berwibawa dan menawan sekali.

"Kau pasti tahu kan tujuan kedatanganku kesini?"

Wanita tua itu rupanya adalah peramal tua yang sempat di temui Sasuke dan teman-teman nya dulu. Sebelumnya Sasuke sempat menjamin bahwa dia tak akan pernah menginjakkan kaki nya lagi kesini karena ia tidak mempercayai sesuatu hal bodoh yang disebut ramalan. Namun, kali ini ia harus menelan kembali kata-kata itu karena ia benar-benar membutuhkan informasi untuk sesuatu.

"Tentu saja, Yang Mulia."

Sasuke menghela napas pelan. Memang, tak perlu di ragukan lagi.

"Yang Mulia Raja hanya harus memfokuskan perhatian Anda pada Yang Mulia Ratu. Jika Anda berhasil meluluhkan dan membuat Yang Mulia Ratu membalas perasaan cinta Anda, halangan apapun, bencana apapun, tak akan membuat Yang Mulia Ratu goyah atau berpaling dari Anda. Bagaimanapun, pada kenyataan nya, Yang Mulia Ratu adalah orang yang setia, stabil dan tenang, walau memang terlihat keras kepala dan sulit di luluhkan." cetus Peramal itu seolah tahu apa yang tengah menjadi pikiran Sasuke.

"Apa itu berarti dia akan sepenuh nya menjadi milikku?" tanya Sasuke tajam, seolah mengerti ada maksud lain dari kata-kata Peramal di depan nya ini. Wanita tua itu tersenyum, memang Yang Mulia Raja nya ini orang yang tajam sekali.

"Itu tergantung Anda, Yang Mulia. Saya hanya bisa memberi tahu Anda sampai disini saja. Saya tidak bisa memberitahu lebih lanjut. Rasanya tidak akan menyenangkan jika Anda sudah tahu ending sebuah cerita sebelum Anda selesai membaca ceritanya. Jadi Yang Mulia, jangan pernah menyerah. Itu saja yang bisa saya sarankan kepada Anda."

🌑🌸

Sakura duduk termangu, memandang kosong ke depan. Entah apa yang ia pikirkan, karena sudah hampir 2 jam ia duduk diam seperti itu tanpa bergerak barang seinci pun. Para pelayan dan kasim, setia mengikuti dan menungguinya.

"Yang Mulia, udara semakin mendingin. Apakah Yang Mulia ingin masuk saja? Saya khawatir Yang Mulia kedinginan."

Sakura yang sedari menatap kosong, akhirnya 'tersadar' kembali. Senyuman nampak di bibir nya, padahal dua jam sebelumnya ia hanya diam, tanpa ada senyuman atau apapun, tenang.

"Terimakasih, tak apa. Aku nyaman duduk disini."

Nada nya lembut dan begitu menenangkan. Siapapun akan merasa nyaman jika mengobrol dan berada di dekatnya.

"Disini dingin. Kenapa tidak menurut saja?"

Suara dingin dan datar yang dirasa menyebalkan bagi Sakura, terdengar jelas. Sakura, pelayan dan kasim berbalik. Pelayan dan kasim kemudian segera membungkuk, seraya memberi salam dan hormat kepada Sasuke. Sakura hanya mengangguk sekedarnya, namun dengan wajah kesal. Bagaimanapun, ia masih marah pada Sasuke.

"Memang nya kenapa? Aku senang duduk disini!" jawab Sakura tajam, ketus. Sasuke menghela napas. Hanya perlu maju satu langkah, sekarang ia sudah berdiri di hadapan Sakura. Membuat istrinya itu terkejut. Sasuke tak banyak bicara, melepaskan jubah luar nya yang berwarna hitam dan membungkuskan nya pada Sakura.

"Ayo masuk. Aku tidak mau Istriku membeku konyol disini." ucap Sasuke lembut seraya menggenggam tangan halus istrinya itu.

Sakura mengerutkan alis nya dan berusaha melepaskan pegangan tangan Sasuke, tapi... tidak bisa. Sakura berusaha lagi. Kali ini dengan tenaga dalam nya. Dan... sia-sia saja. Pada akhirnya, ia pasrah. Mereka berdua masuk ke dalam dan berjalan berdampingan.

The Eternal Love (Hades×Persephone, SasuSaku Ver.)Where stories live. Discover now