Epilog

1.9K 181 24
                                    

18 tahun telah berlalu...

Sarada, Seiji dan Sasaki tumbuh semakin besar. Kini mereka telah begitu masuk akal dan bersikap cukup dewasa di usia yang muda.

Sarada memiliki gelar seorang Putri.

Seiji bergelar Putra Mahkota.

Dan Sasaki bergelar Pangeran.

Sasuke tetap sebagai Raja dan Sakura sebagai Ratu. Mereka bisa bertahan dengan baik. Bahkan orang-orang mengagumi keharmonisan keduanya. Terutama kinerja Ratu yang begitu hebat karena mampu membantu Raja menyelesaikan banyak permasalahan.

Mereka abadi. Jadi, menurut pekiraan,  Sasuke dan Sakura tak akan turun dari takhta. Walau Sasuke sudah memaksa Seiji untuk menggantikan nya, namun ia menolak. Saat Sasaki di tawari pun, ia menolak. Begitu pun dengan Sarada. Ia menolak dengan bijaksana. Menurut nya, mereka lebih suka membantu saja di banding harus di pusingkan dengan urusan Istana.

Apalagi jika memang salah satu dari mereka naik takhta, maka mereka pasti akan di hadapkan dengan istilah 'pendamping'. Walau Ayah dan Ibu mereka tidak mempermasalahkan, mereka tetap enggan.

Walau tahun telah berlalu, Sasuke dan Sakura tidak pernah menua. Mereka tetap sama awet muda nya seperti dahulu. Saat bersanding dengan anak-anak, mereka lebih terlihat seperti bersaudara.

"Mau sampai kapan kalian akan saling melemparkan tanggung jawab?!"

Brakkk

Sasuke menggebrak meja kebesaran nya kesal.

Namun, itu tidak membuat takut kedua putra di depan nya. Begitu pun dengan Sarada yang hanya diam saja. Nampak malas dan hanya bisa pasrah di seret kemari oleh kedua adik nya.

"Ayah, kami tahu apa yang harus dan akan kami lakukan. Tenang saja. Kenapa harus begitu repot dan heboh?"  balas Seiji dengan nada malas-malasan. Bahkan ia nampak berani menentang argumen Ayah nya.

"Lalu, apa aku harus bersantai?! Tidakkah kamu melihat Putra Mahkota dari setiap Kerajaan lain sudah mulai bersiap naik takhta menggantikan Ayah-Ayah mereka? Lalu, bagaimana dengan kalian berdua, hm?!"

Sarada menatap kedua adik laki-laki nya. Memang sudah seharusnya begitu. Apalagi Seiji. Dia adalah Putra Mahkota, jadi sudah sewajar nya ia menggatikan posisi Ayah mereka.

"Ayah, sudah jelas itu tugas Kakak. Kenapa aku juga terlibat? Sudah aku katakan, aku hanya akan membantu Kakak bersama Kakak Sarada." jawab Sasaki seraya menatap Seiji.

Kali ini... Seiji terpojok.

"Ayah, memang nya apa yang salah? Memang nya tidak boleh? Kami ini abadi. Tidak masalah jika Ayah dan Ibu tetap memimpin, bukan?" cetus Seiji berusaha bernegosiasi.

"Bukannya begitu. Ayah merasa bahwa sudah seharusnya kau memegang tanggung jawab besar. Sudah cukup belajar dan bermain-main nya, Seiji. Saat nya duduk di kursi Raja!" jawab Sasuke tidak menerima penolakan atau protes.

"Tapi, Ayah... aku masih-"

"Masih ingin berbuat kekacauan,  dengan Kakak dan Adik mu yang membersihkan segalanya?" potong Sasuke tajam.

Bukan nya merasa takut, Seiji malah tertawa-tawa sambil menyengir polos seolah tak merasa berdosa sama sekali.

Memang, selama ketiga bersaudara tumbuh, Sarada lah yang selalu membersihkan kekacauan yang Seiji dan Sasaki buat dengan bersih. Walau Sarada perempuan, ia sama cekatan dan kuat nya seperti kedua saudara laki-laki nya. Sehingga, tak ada seorang pun yang berani meremehkan mereka bertiga.

Sarada adalah Putri Uchiha yang cantik, pintar, berwibawa dan bijaksana. Saking pintar nya, bahkan orang-orang di pengadilan dan para pejabat mengakui kecerdasan dan kemampuan hebat nya. Banyak sekali para putra bangsawan dan Pangeran-Pangeran, bahkan Putra Mahkota dari kerajaan lain, yang ingin membawa nya sebagai istri pendamping mereka. Namun, Sarada tak bergeming, tak peduli. Ia masih ingin duduk di posisi putri, membantu orang tua nya mengawasi kedua kembaran nya dan membereskan setiap kekacauan yang kedua kembaran nya timbulkan.

The Eternal Love (Hades×Persephone, SasuSaku Ver.)Where stories live. Discover now