vi. More Love, More Kisses

779 54 24
                                    

❝ With you, I smile a lot more than I used to ❞──────────────────────────────

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

❝ With you, I smile a lot more than I used to ❞
──────────────────────────────

Gerakan kaki Kaizo terhenti. Jantungnya berdentum dentum. Ia tidak salah dengar. Ledakan itu besar sekali. Ledakan yang ia yakin berasal dari....

"MAMA!"

"Fang!" Kaizo menangkap tubuh adiknya yang hendak berbalik. Bocah lelaki berkacamata itu merengek. "Mama di sana...,"

"Kita harus pergi, Fang."

"Tapi... tapi... Mama tadi di sana... Mama meledak ...,"

"Jangan bilang begitu, Mama sudah janji akan menemui kita nanti." Kaizo menahan bahu Fang.

"Mama... Mama...."

"FANG! KITA HARUS PERGI SEKARANG!"

Anak kecil itu terkejut. Ini untuk pertama kalinya ia mendengar kakaknya membentaknya. Kaizo mengembuskan napas keras. "M-maaf, Abang tidak bermaksud⸻"

"HUWAAAA! FANG MAU MAMA!"

Kaizo tidak punya pilihan. Ia menggendong adiknya dan berlari pergi. Ia belum tahu apa yang terjadi, tapi yang jelas; mereka sedang diserang. Kalau saja ia tidak memiliki kewajiban untuk menjaga adiknya, ia pasti akan berkeras membantu orangtuanya. Kaizo hanya menatap miris lorong di belakang itu. Ia tidak pernah berbalik lagi.

───────── ㅤ𖥔ㅤ ─────────

Di tengah kepulan asap, seorang wanita terbatuk batuk lemah. Ia memandang kakinya yang mengeluarkan cairan merah segar. Ledakan itu dekat sekali. Ia perlahan bangkit. Mengaktifkan kacamata multifungsinya. Kacamata itu mendeteksi beberapa orang, tapi tidak dalam jarak dekat.

Wanita itu menstabilkan posisi berdirinya. Teknologi kacamata ini tidak bisa mengalahkan teknologi lorong rahasia itu. Ia tidak bisa melihat apa apa.

Berpikir cepat, ia mencoba memperluas cakupan scan. Mencari cari seseorang. Ayo, ayo, kau tidak mungkin tumbang dengan cepat, bisiknya cemas.

Ketemu! Sang wanita segera mendorong dirinya untuk berlari kesana. Tangannya bisa bekerja simultan, melakukan sesuatu⸻entah apa⸻dengan smartwatchnya.

Ia sesungguhnya masih kuat berlari. Namun, wanita secerdas dirinya tidak mungkin mengambil keputusan berisiko itu. Ia mengendap endap. Jubah panjangnya ia robek sebagian untuk membungkus lukanya.

Titik target yang ditunjukkan kacamatanya bergerak gerak. Syukur!

Ia sampai lebih lama dari perkiraannya. Namun, ia belum terlambat. Saat sedang mengangkat tangan mencoba melindungi wajah dari serpihan pot bunga, ia mendengar suara yang dikenalnya itu.

"Adalee! Kaukah itu?!"

"Ya! Aku baik baik saja! Apa kau bisa keluar dari situ? Apa dia⸻"

Grep! Erat sekali pria itu memeluknya. "Semua baik baik saja? Semua baik saja disini. Dia sudah pergi⸻"

Closure | Kaizo [TO BE REWRITTEN]Where stories live. Discover now