xxiii. Cursed to Feel

271 24 41
                                    

❝ The moment is just not right ❞──────────────────────────────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝ The moment is just not right ❞
──────────────────────────────

Sementara Zoya, relasi sang ayah mencerocos, Kaizo mengangguk-angguk saja biar cepat. Bahkan dia mengangguk saja saat Zoya berkata; "Alangkah beruntungnya memiliki anak serupa dia, Tuan. Bukan hanya sebagai penerus ayahnya, sebagai suami pun dia tampak meyakinkan. Aduh, seandainya bisa kujodohkan anakku dengannya."

Agam tertawa kikuk. Kaizo tahu ayahnya tidak begitu menyukai kedatangan Zoya. Tapi dia tidak mempedulikannya sekarang. Ada yang lebih menggangunya.

Peristiwa berdarah kemarin.

Kaizo sedikit bersyukur jadwal pertemuan ayahnya padat. Karena kalau tidak, anggota keluarga pasti sudah menyadari gerak-gerak mencurigakannya.

Kaizo takut. Kaizo merasa bersalah. Kaizo tidak lega sama sekali.

Alan, kakak laki-laki Nancy memutuskan untuk tidak memberitahu orangtua mereka. Ia juga mengancam Ruan, kakak perempuan yang diaenangi Kaizo, untuk tutup mulut. Kaizo mengkeret takut. Ia takut ketika melihat ekspresi marah Tuan Jo saat tahu anak-anaknya pulang lebih dulu bersama pelayan. Ia takut orangtua Nancy tahu dan melaporkannya pasa orangtuanya. Dia mau bilang apa?

Satu-satunya kelegaan adalah bahwa Nancy selamat. Alan bilang akan mengurusnya sendiri. Kaizo merasa sangat tidak enak, apalagi dengan Ruan.

Namun kini ia menyesalinya. Menyesal kenapa 10 tahun lalu dia harus berharap supaya Nancy selamat. Bukannya Kaizo memang berniat membunuh, tapi ia meyakini pilihan itu lebih baik dibanding terjebak dengan Nancy sekarang. Dengan posisi seperti ini.

"Nancy, berhenti."

"Hah?"

"Berhenti dulu. Aku tak bisa mendengarmu." Memori itu membuat Kaizo tidak fokus.

Nancy menjauhkan laptop. "Ingatkan aku kita sampai di kamera pengawas ke tujuh belas." Ia kemudian melirik Kaizo. "Ada apa?"

[ cw// kekerasan ]

"Aku ingin... ingin...," Kaizo mungkin terlalu pening. Memori itu menganggunya. Ia mendekat ke arah Nancy. Dan, sadar tidak sadar, tangannya melingkari leher Nancy.

"K-Kaizo...."

Wanita itu tersengal. Kaizo bersumpah bisa merasakan aliran darah Nancy di sana....

"Aku seharusnya tidak beri tahu... aku seharusnya membiarkanmu." Kaizo sudah merasakannya. Lingkaran tangan itu menguat. Tapi dia tak bisa.

Closure | Kaizo [TO BE REWRITTEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang