xviii. I Don't Know You Yet

311 33 4
                                    

❝ In all my dreams, dear, you seem to leave me when I awake my poor heart pains ❞──────────────────────────────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝ In all my dreams, dear, you seem to leave me when I awake my poor heart pains ❞
──────────────────────────────

Panggilan dari Maskmana tak pernah menjadi pertanda baik untuk y/n. Tapi hari ini y/n di sini bukan karena dipanggil. Dengan tangan bersedekap dan muka tertekuk- tekuk, ia kemari untuk protes. Seperti biasa, Maskmana menanggapinya dengan datar, menunggu y/n menyelesaikan protesnya.

"Kalian bertiga selalu begitu!"

"Siapa?

"Kau, ayahku dan... Tuan Vam. Aku menyadarinya sekarang. Kalian selalu punya rencana. Kalian pikir mengatur hidupku adalah rencana yang hebat?"

"Sudah?" Tenang saja pria itu berkata. y/n sudah tiga kali mendatanginya sebulan ini. Pertama, protes soal kotak makan siang dari ayahnya. Kedua tuduhan Maskmana menjadi mata-mata ayahnya. Ketiga, sekarang ini, kurang lebih sama dengan tuduhan yang kedua.

Pertemuan sebelumnya hanya ia jawab: "Kau sudah tahu ayahmu itu spesialis teknik di TAPOPS, bukankah ia berhak mendapat tuduhan lebih besar dibandingku⸻yang kau juga tahu, sedang banyak pikiran ini?"

Pertemuan kali ini ia putuskan tidak menjawab apa-apa.

"Jangan pergi dulu, aku punya hal yang ingin ditanyakan." Maskmana menahan y/n.

Wanita itu kembali memajukan kursinya. Ia menebak ini pasti soal penthouse. Di hadapannya, Maskmana mengatur beberapa hologram. "Dibanding marah-marah terus, tidak maukah kau bertemu saja dengan mereka⸻?"

"Kalau itu yang ingin kau sampaikan⸻"

"Duduklah, aku tahu jawabannya tidak," arah Maskmana. Dengan enggan wanita di hadapannya kembali duduk. Maskmana menyodorkannya sebuah hologram.

"Ini adalah video yang kau ambil saat kau merasa telah dekat dengan kematian."

Dahi y/n terlipat.

"Aku bermaksud menunjukannya pada orangtuamu, tapi kurasa aku perlu bertanya padamu dulu."

"Sejak kapan kau minta izin padaku?" sinis y/n. Ia semulai video. Durasinya tak begitu panjang. Suasana di dalam video mencekam. Banyak suara berisik. Terlihat y/n yang berusia enam belas tahun dengan pelipis robek dan muka pucat pasi, menunjukan ketegangan.

"Kepada komandan Koko Ci dan Laksamana Maskmana, saya minta supaya menyerahkan rekaman ini pada keluarga saya," gadis cilik itu memulai. y/n yang berusia 22 tahun menutup mukanya. "Astaga! Drama sekali! Kau tidak akan mati hanya karena.... Argh y/n! Kau memalukan!"

Gadis 16 tahun di layar mengusap darah yang menetes. "Aku tahu kita sudah kama sekali tidak bertemu, tapi biar kalian tahu, aku sangat menyayangi kalian." Ia menunduk. "Ayah, Ibu, kalau aku pergi lebih dulu, aku hanya ingin bilang, aku sudah tenang. Aku merindukan kalian, sangat. Tapi aku tak mau kalian nanti⸻"

Closure | Kaizo [TO BE REWRITTEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang