xxii. Nancy: The Sly Fox

263 27 49
                                    

❝ As sly as a fox, as mean as a wolf ❞ ──────────────────────────────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝ As sly as a fox, as mean as a wolf ❞
──────────────────────────────

Hari ke delapan turunnya salju.

Dapur sudah berasap dari pagi. Kaizo menyendok sup jagung.

"Bagaimana?"

Ia memejamkan mata, sengaja tak mau melihat wajah penuh harap y/n. Sebetulnya tanpa berpikirpun ia sudah tahu rasanya. Lihat saja jawabannya,

"Hmm... seperti racun!"

Bahu dan bibir y/n tertarik turun. "Ya sudah. Biar kubuang."

"Eh? Jangan!"

"Siapa yang mau makan racun?" y/n sudah setengah berdiri ketika Kaizo menarik tangannya.

"Mungkin bisa diperbaiki... siapa tahu." y/n menggeleng. "Tidak akan! Melihat ekspresimu."

Kaizo melepas tangan istrinya. Ia melihat arah tatapan y/n dan menurut. Lagi-lagi makan roti oles.

"Baiklah kalau menurutmu begitu." Ia bersyukur perempuan ini hanya membuat porsi untuk dua mangkuk. "Jangan terlalu kecewa, ini kan yang pertama. Yang penting kau sudah bisa menggoreng dan merebus," hiburnya

"Kau benar! Aku memang keren," puji y/n pada dirinya sendiri. Wanita ini, seminggu terakhir mencoba memasak sendiri. Dimulai dari masak sesuatu yang instan. Yah, setidaknya ia sudah bisa menyalakan kompor dan mengoperasikan rice cooker (catatan: y/n belum berhasil masak nasi). Kaizo tak keberatan dengan keadaan mereka.

"Aku sepertinya tidak masak nanti malam," y/n menginfokan. "Kepengin ricebox.... Boleh, ya?"

Kaizo mengangguk. Mengusahakan senyum disela kunyahan rotinya. Roti adalah makanan penyelamat dikala semua eksperimen y/n gagal.

"Aku pulang agak lama hari ini. Tidak apa?" Kaizo telah menyelesaikan sarapannya. Beranjak berdiri, memakai jaket. y/n mengangguk, mendekat.

Ritual pagi mereka sebelum berangkat kerja.

"Apa orang jadi lebih cantik saat mereka berhasil menaklukkan sesuatu?" Selagi sebelah tangannya memeluk pinggang y/n, sebelahnya lagi membelai rambut halus wanita itu. Seperti biasa, merapikannya.

"Aku sudah cantik dari sananya," senyum y/n bangga. Kaizo mengecup bibirnya.

"Cepat sana!" tolak y/n.

"Bantu pakai...,"

y/n tak menolak. Kaizo merentangkan tangan, membiarkan y/n memakaikan jaket padanya. Bersama-sama mereka menuju pintu lift.

"Daaah!" 

Kaizo melambaikan tangan. Ia berangkat diiringi senyum perempuan kesayangannya.

───────── ㅤ𖥔ㅤ ─────────

Closure | Kaizo [TO BE REWRITTEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang