xv. How a Superhero Learns to Fly

394 32 2
                                    

❝ A broken heart is all that's left

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

❝ A broken heart is all that's left. I'm still fixing all the cracks ❞

─────────────────────────────

Hujan di penghujung musim kemarau. Hujan yang lebat. Tanpa petir, tanpa gemuruh. Suara hujan yang menimpa dedaunan dan pasir putih seharusnya amat menyejukkan. Namun, di Pulau Glynne, sepagi ini tidak ada yang tenang.

Mereka baru saja menyelesaikan setengah jam yang canggung di ruang makan. Bukan cuma suara sendok atau garpu beradu, tapi debaran dada juga terdengar saking sunyinya.

Satu jam setelah makan, suasana canggung itu berubah kacau. Hanya di ruang kerja Amato. Karena penghuni lain justru makin saling mendiamkan. Bisik-bisik menyebar.

Hanya di ruang kerja Amato, tak terdengar bisik-bisik itu. Tentu, karena dua orang di sana berbicara mendesis desis, beberapa kali terdengar seruan tak terkendali.

"Ayah tahu, aku lebih suka mengakui Tuan Vam sebagai ayahku sendiri!"

Mendengar seruan y/n, Sia tertegun. Ia menyandar pada dinding, mengurut dada. Berusaha menahan air mata.

Sia tiba-tiba teringat semuanya. Hal yang bertahun-tahun lalu terjadi, lalu bertahun-tahun lalu berhasil ia lawan.

Ketika itu ia sekitar 25 tahun. Kehidupannya jauh dari kata bahagia. Soal darah ningrat dalam dirinya, itu memang benar. Keluarganya kecipratan darah keluarga kerajaan. Tapi itu jauh sekali ke buyut-buyutnya. Ayahnya yang mengetahui hal itu berusaha untuk meneruskannya.

Meneruskan apa? Sia seringkali mencemooh. Memangnya kalau mereka menggunakan mahkota, lalu keluar dan mencoba memerintah, ada yang bakal percaya?

Sia tak habis pikir. Betapa masalah keturunan ini begitu memengaruhi orangtuanya. Padahal keduanya menceritakan kisah itu jelas sekali. Buyutnya menikahi anggota kerajaan yang terbuang. Kabarnya dia melarikan diri, tapi masih memiliki banyak sumber kekayaan. Lalu entah bagaimana caranya para kakek-nenek selanjutnya terus mengingat soal pernikahan ini dan hingga sekarang, Sia dianggap sebagai seorang putri oleh kedua orangtuanya.

Sebagai seorang putri, ia selalu dituntut untuk sempurna. Ibunya obsesif dan ayahnya sibuk menerbangkan pesawat. Rumahnya jauh, di atas bukit, dikelilingi semak belukar yang berduri dan penuh racun. Ia sempurna terisolasi.

Hal yang sama yang dialami putrinya.

y/n tidak menerima kasih sayang secara utuh. Tinggal di pulau pribadi, bahkan tak pernah berenang di sekitar pulaunya, ia jauh dari pergaulan. Dia pasti kesepian dan... marah.

Kalau saja Sia tidak terbaring lemah hampir tiga tahun di ruang VIP itu! Sia berkali-kali menyalahkan diri sendiri. Kalau saja ia tidak begitu stress, ia tak akan tergolek tak berguna selama waktu yang seharusnya menjadi reuninya kembali. Ia sungguh berniat merawat anak-anaknya sendiri.

Closure | Kaizo [TO BE REWRITTEN]Where stories live. Discover now