xxxiv. Too in Love to Think Straight

235 20 28
                                    

❝ So we went on our way

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝ So we went on our way. Too in love to think straight. All alone, or so it seemed ❞
──────────────────────────────

Keuangan. Histori kesehatan. Rumah. Trauma. Keturunan. Itu belum seperempatnya. Banyak sekali pertimbangan sebelum menikah. Karena dengan menikah, banyak sekali yang harus disatukan.

Kaizo melamar, y/n menerima. Itu benar. Tapi mereka tak akan menikah dengan cara semudah itu. Mereka berdua sudah dewasa, mengurus sendiri dengan cara dewasa. Apalagi, tak ada dua keluarga yang mendampingi.

Kata siapa, menikah dengan orang yang kita cintai menjamin kebahagiaan?

Tidak ada yang ingin terburu-buru.

Malam ini pasangan tunangan itu punya waktu kosong untuk membicarakan hal ini. Mereka berhadapan di kafetaria. Setelah y/n menyetujui dengan setengah hari karena itu berarti dia harus menghapus footage kamera pengawas untuk menghilangkan jejak. Huft!

"Makan yang banyak." Kaizo meletakkan semangkuk makanan instan yang dipanaskannya di microwave. y/n mengernyit, ia tadi cuma berencana makan buah.

"Makan malam itu tidak baik, Kaizo."

"Tidak makan makanan berat seharian juga tidak baik." Kaizo mendorong mangkuk kertas itu pada y/n. Ia punya santapan yang sama. "Iya, aku tahu, harus tunggu tiga jam sebelum tidur, tapi jangan terjaga semalaman." Kaizo yakin senyumnya meluluhkan y/n.

"Ini, kan, pembiasaan. Kalau menikah nanti aku akan lebih serius memperhatikan asupan gizimu."

y/n tersenyum kecil, membuka tutup plastik makanan yang disiapkan Kaizo. Gerakannya terhenti ketika sumpit Kaizo tiba-tiba menyambar.

"Kau tidak suka bawang," katanya. "Terima kasihnya jangan lupa."

Kaizo tertawa melihat y/n gelagapan. "Lagian, mengapa kau tiba-tiba jadi pendiam, sih? Biasanya sibuk memprotes ini-itu."

Tidak juga. Sebenarnya setelah Kaizo melamar y/n, gadis itu jadi lebih pendiam. Tahu, deh. Mungkin penyesuaian.

"Karena aku terus terpikirkan topik kita kali ini."

"Kau sudah tidak sabar rupanya."

"Bukan begitu!" sanggah y/n malu. Gadis itu sepertinya sadar bahwa Kaizo mungkin akan lanjut meledeknya. "Terserah, lah. Asal dari perbincangan ini kau jadi tidak terpikir untuk menikahiku besok."

"Itu tidak akan terjadi. Bisa-bisa kita langsung tidak saling bicara di bulan pertama."

"Kau jadi tambah dewasa, Kaizo. Padahal cuma ditinggal empat bulan. Jadi lebih tampan." Kaizo tercengang, y/n memujinya? Sial, sial! Dia lucu sekali!

"Jangan minta aku mengulanginya. Ini, kita mulai saja diskusinya."

"Caranya begitu saja?"

"Aku, kan, belum pernah menikah!"

Closure | Kaizo [TO BE REWRITTEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang