xxxv. I Don't Like How it Ends

252 22 34
                                    

❝ Loving never gave a home, so I'll sit here in the silence ❞──────────────────────────────

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

❝ Loving never gave a home, so I'll sit here in the silence ❞
──────────────────────────────

[ 2300+ words. Silakan kalau mau dibaca bertahap, tapi jangan di skip supaya tidak ketinggalan alur. Terima kasih. ]
──────────────────────────────

"Nah, tinggal cara membukanya⸻"

y/n menyibak tubuh Nehemiah kasar. Ia perlu cepat. Dirinya tak bisa menunggu lebih lama. y/n mengeluarkan alat-alat dari tas pinggangnya. Kalau meretas sistem, dia bisa. Tapi sudah bermenit-menit mengutak-atik, tak ada yang terjadi.

"Jangan belagu makanya."

y/n memegang pistol. Ia bisa mencelakai Nehemiah jika mau. Dia benar-benar tak sabar untuk membuka ruangan ini. Nehemiah ganti menyibaknya. "Sistem terlalu gampang diretas. Ini harus dibobol pakai jari. Pengamanan yang bagus⸻"

"YA SUDAH CEPAT!" Nafsu itu menguasai y/n. Dirinya sudah menodongkan pistol ke arah sang pencari bawah tanah. Nehemiah menanggapi datar, "jariku tidak lentik⸻"

"Biar aku. Bagaimana?"

y/n makin mau marah ketika Nehemiah meraih tangannya, lalu entah melakukan apa dengan kunci yang berbentuk seperti brankas itu. Jari kurus y/n adalah tipe sempurna untuk pembobolan kunci, dirinya harusnya belajar tidak selalu mengandalkan teknologi.

Krek!

Mereka berdua tercenung.

"Ini... terbuka?" Nehemiah kelihatan sama terkejutnya. Lalu y/n menyugar rambut. Pelan, ia membuka pintu. Pistolnya tergenggam kuat. Ia sesungguhnya bergetar sekali.

y/n meneguk ludah melihat bayangan darah di lantai. Tapi ruangan ini terang. Sama sekali tak berbau....

Demi apapun.

Pistol y/n berkelontangan jatuh. Ia... melihat... sosok⸻tidak, dua. Dua sosok di depan.

"Tidak...."

"Eh? Seperti pernah lihat, ya?" Bisa-bisanya Nehemiah menceletuk di situasi ini.

y/n bergetar luar biasa. Dua sosok di hadapannya membeku.

Agam... dia... memegang senapan besar... melindungi Adalee di belakangnya.

Semenit mereka diam.

"Apa ini nyata? Sayang, mereka tak bergerak. Apa lagi-lagi ini ilusi menyakitkan itu?"

"Menurutmu... apa aku harus menembak?"

Sebelum pria itu benar-benar melepaskan pelatuk senapan, y/n lebih dulu menjatuhkan lututnya. "Tuan dan Nyonya Gabenor yang terhormat."

Tuan dan Nyonya, ingat, y/n. Jangan sampai Agam-Adalee keluar dari mulutnya... bahkan meski mereka... mertuamu.

"Sayang, ini sepertinya ilusi itu lagi⸻"

Closure | Kaizo [TO BE REWRITTEN]Where stories live. Discover now