xxiv. The Look of Love

312 29 35
                                    

❝ I might be okay but I'm not fine at all ❞──────────────────────────────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝ I might be okay but I'm not fine at all ❞
──────────────────────────────

Jantung Kaizo berdegup kencang. Ia mencengkeram kemejanya kuat-kuat, meski ia sendiri tak yakin apa bisa berdiri dengan kuat. Seluruh tubuhnya bergetar. Lemas. Tenggorokannya kesat, tapi ia tak bisa menangis. Ia tak ingin menangis.

"Ini apa?"

Pemandangan di depannyalah penyebab kondisinya sekarang.

Jemari ramping yang terbalut sarung tangan plastik itu terangkat. Di ujung telunjuknya, terdapat setelah rambut pirang.

"y/n...,"

"Setelah foto dan kertas bukti kontrak, sekarang ini? Ini apa, Kaizo?" Suara itu menambah level ketajamannya di setiap kalimat baru.

"y/n, biarkan aku jelaskan. Aku tidak bermaksud melakukannya."

"Aku paham, Kaizo."

"Tidak, kau tidak paham. Biar aku⸻"

"Dia jauh lebih cantik...,"

"Tidak y/n, aku akan jelaskan semuanya⸻"

"Jauh lebih menarik...,"

"Tidak⸻"

"Aku tidak perlu dengar. Dan aku tidak mau dengar kabar apapun darimu lagi. Sudah cukup."

"y/n, kumohon⸻"

Tubuh itu mulai pergi. Menghilang. Meninggalkan Kaizo. Sendirian.

"Tidak seperti ini...," Kaizo mencoba menahan getaran tubuhnya. "y/n!!!"

"Sekali lagi kau bergerak⸻!"

Kaizo terkejut. Ia terlonjak bangun. Keringat dingin bersimbah di dahinya. Terduduk bangun. Ia mengusap rambutnya yang ikut basah. Perlu waktu beberapa saat hingga Kaizo bisa merasakan detak jantung yang lebih tenang di dadanya. Ia membuang napas panjang.

Di sebelahnya, y/n berbalik.

"Kau keterlaluan."

Kaizo meneguk ludah. Bingung dan syok.

"Kau seharusnya berbagi semuanya denganku."

Apa, sih? Apa yang sedang terjadi?

y/n ikut bangun, menyerahkan gelas air di nakas pada Kaizo. "Kau bermimpi buruk, kan? Aku sudah coba tenangkan tapi yang keluar dari mulutmu hanya 'tidak, tidak, dan tidak.'"

Mimpi...? Itu semua hanya mimpi?

Kaizo mengembuskan napas lega. Syukurlah. Tapi kenapa ia bermimpi seperti itu?

"Beritahu aku, Kaizo."

Permintaan y/n memotong pertanyaan Kaizo. Ia ganti menatap wajah perempuan itu. Wajah y/n terlihat teduh. Kaizo melirik jam, pukul setengah tiga pagi.

Closure | Kaizo [TO BE REWRITTEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang