Epilog

711 30 30
                                    

Panggilan video dengan orang tua, kalau bukan mereka yang menghubungi karena rindu, berarti Kaizo atau y/n yang mengadu.

Hari ini, pas sekali dua orang tua mereka menghubungi. Giliran Kaizo bicara. Dirinya meminta y/n pergi sebentar. y/n memutar mata⸻karena Kaizo tidak menjawab ketika ditanya alasannya. Sengaja. Karena yang ingin Kaizo sampaikan adalah tentangnya. Lebih tepatnya, kejanggalan sikap y/n.

"Ini sudah penghujung musim semi, dan y/n tiba-tiba sangat sentimental⸻takut tidak bisa bertemu bunga-bunga lagi katanya. y/n seperti tidak pernah menikmati musim semi saja. Dia terus-terusan meminta melihat bunga yuchae⸻(canola)⸻dia memintanya setiap hari, Kaizo bingung!"

"Dia tidak mau melihat bunga itu di rumah, katanya. Harus pergi langsung, Kaizo sudah berkali-kali tawarkan supaya merawat sendiri saja kalau memang selalu ingin lihat, tapi y/n sensitif sekali." Tidak jelas, seperti ibu hamil, Kaizo hampir menambahkan, tapi takut ditanya macam-macam.

"Lebih dari itu, sebenarnya dia sedang kurang sehat. Kaizo bisa menghadapi obsesi barunya terhadap bunga itu⸻jauh lebih baik dibanding menyaksikannya muntah-muntah dan mengeluh tidak enak badan setiap harinya."

Sepertinya itu saja yang bisa Kaizo sampaikan, begitu muka yang dibuat Kaizo seusai menuturkan keluh-kesahnya. Reaksi empat orang di layar tak terduga.

"Ini terjadi sejak kapan Kaizo?" Mewakili tiga lainnya yang diam, Papa bertanya serius. Kelihatan antara senang dan gugup.

"Sebulanan, sepertinya?"

"Ya ampun, Kaizo!" Ibu terkekeh.

"Bukankah ini sangat kentara?" Ayah menimpali. Kaizo jadi bingung. "Apanya?"

"Kami baru dengar ceritanya, dan langsung paham. Masa, kau sebeulan mengalaminya, belum paham juga?"

"Paham apanya, Ma?" Kaizo makin bingung. Apa, sih?

"Mengidam, amat sensitif⸻"

"Mualnya apalagi! Muntah ibu hamil, kan berbeda!"

Kaizo mendadak merasa amat bodoh. "APA?!"

"Cepat juga, ya, baru April lalu kalian resepsi kedua, pasti... saat liburan, ya?" Ibu tersenyum menggoda.

"Sana, coba cek. Awas, ya, kalau kau ternyata bergurau." Mama berhenti tertawa, kini menuding putranya⸻mengancam.

Tak menunggu lagi, Kaizo pamit dan melesat ke kamarnya.

"Yeobo!" Kaizo berlari menghampiri y/n di closet room. "Apa... apa kata mereka.... Apa benar? Yeobo, apa kau...?"

Kaizo terengah. Ia membetulkan pernapasannya. "Apa... kau mau coba test packnya?"

Reaksi y/n tak dapat dipercaya. Dia tertawa. Terkekeh kecil.

"Yeobo... kok, tertawa, sih?"

Sepersekon kemudian, tawa y/n berhenti, d8gantikan mulut terkatup dan mata menyipit. Sinis. "Dasar tidak peka! Katanya akan memahamiku dalam-dalam!"

"A-apa?"

Kaizo mengekori y/n keluar dari closet room. "Apa, sih? Dari tadi aku bertanya tidak ada yang menjawab."

y/n berbalik secara tiba-tiba. Dia membuka lipatan baju yang dibawanya. Senyumnya telah kembali. Kaizo melongok. Sebuah benda pipih terletak di dalam lipatan baju. Kaizo terbelalak. "I-ini...?"

"Kau belum menyapanya. Umurnya sudah lima minggu."

Kaizo kehilangan kata-kata. Apa katanya? Lima minggu? Umur? Siapa yang berumur lima minggu?

Closure | Kaizo [TO BE REWRITTEN]Where stories live. Discover now