6. Teman Baru Dion

118 81 75
                                    

"Dayang-dayang!!" Teriak Melisa.

Sama halnya dengan Lingga, Berryl dan Adam. Seantero kantin dibuat menoleh pada sumber suara yang diciptakan Melisa.

"Apaan, sih lo, Mel." Berryl berusaha menurunkan tangan Melisa yang terus melambai pada kelima dayang-dayangnya yaitu, Tari, Tita, Audrey, Mila dan Dera yang ikut melambai dengan girang.

"Ga usah teriak juga anjir, gue yang malu," ucap Adam menahan diri agar moodnya tak turun.

Melisa hanya menunjukkan deretan gigi rapihnya ketika melihat respon dan ekspresi tiga lelaki dihadapannya.

"Eh iya, nanti ngerjainnya dirumah gue, ya." Ucap Melisa.

"Hah? Ngerjain apaan?" Tanya Berryl.

"Tadi kelasan dibagiin kelompok sama Pak--"

"--Pak Rusdi." Sambung Melisa menjentikkan jarinya karena tahu, Lingga pasti belum mengenal nama guru itu.

"Kita disuruh bikin power point," lanjut Lingga.

"Gue kelompok siapa?" Tanya Adam.

"Kita semua sekelomlpok," jawab Melisa.

"Lah, kok bisa?" Tanya Berryl heran.

Pasti ini bukan kelompok pilihan Pak Rusdi, pikir Berryl dan benar saja, Lingga yang menunjuk Melisa dengan dagunya telah menjawab bahwa Melisalah yang mengatur semuanya.

"Sama dayang-dayang lo?" Tanya Berryl lagi.

"Nggalah, kan satu kelompok empat orang," jawab Melisa membuat Berryl dan Adam bernapas lega.

Mereka berdua tahu, jika satu kelompok dengan Melisa dan dayang-dayangnya, pasti akan sulit diajak bekerjasama atau diandalkan.

***

Tujuh jam pelajaran yang akhirnya selesai untuk hari ini.

"Jadi, Ga?" Tanya Adam sembari menyampirkan tas dipundaknya.

"Ayo, langsung." Jawab Lingga setuju dan langsung keluar dari kelas yang hanya menyisakan murid piket hari ini saja.

"Kemana, sih?" Tanya Berryl menyeimbangkan langkah dengan kedua temannya.

"Ke bengkel depan, motor dia ada disitu," Adam menjelaskan.

"Oohh, ikut dah gue," ucap Berryl yang tak akan ditolak oleh Adam maupun Lingga.

"Hayooo, pacaran ya?" Tanya Pak Satpam pada murid yang berboncengan, menyebabkan siswi yang dimaksud salah tingkah.

"Duluan, Pak!" Pamit salah satu siswa yang mendapat lambaian tangan dari Pak Burhan.

"Duluan, Om!" Ucap Berryl yang langsung melajukan motornya lalu disusul oleh Adam dan Lingga yang dibonceng.

"Konyol lo sokap!" Teriak Adam pada Berryl dan langsung mendahului laju motornya di depan Berryl.

Setelah melakukan pembayaran yang tentunya tak memakan biaya sedikit serta melakukan pengecekan ulang, Lingga akhirnya bisa kembali membawa motor tua kesayangannya.

"Makasih ya, Bang," ucap Lingga pada lelaki yang membetulkan motornya.

"Santai, hati-hati." Jawab lelaki itu dan berlalu karena ada yang datang.

PETRICHOR  [ END ]Where stories live. Discover now