20. Curi Perhatian

56 36 57
                                    

Bangkitnya Agam menuju meja counter dan kembali dengan dua taro latte take away telah menjelaskan bahwa minuman itu untuk Renjana.

"Gue cabut duluan, ya." Pamit Agam bertos ria dengan tiga manusia yang masih pada tempatnya.

"Sejak kapan lo ganti nama, Gam?" Tanya Berryl.

"Nama ayang. Ah, gimana, sih lo. Gitu doang ga mudeng." Sahut Adam memukul pelan dada bidang Berryl.

Alih-alih menjelaskan, Agam justru hanya terkekeh membuat siapa saja yang berada diposisi Adam dan Berryl akan dibuat salah paham.

"Duluan, ya." Pamit Agam sekali lagi, menyempatkan diri menepuk dua kali bahu Lingga yang kebetulan duduk dengan posisi paling samping.

Membiarkan Agam pergi membawa dua taro lattenya, apa lelaki dengan jaket jersey hitam yang melekat pada tubuhnya itu sadar bahwa ia telah meninggalkan sesuatu?

Sedikit rasa sesak telah ia tinggalkan diantara tiga lelaki yang baru saja ia ajak bicara secara singkat, lalu hinggap pada sosok bernama lengkap Lingga Klana.

Lingga semakin berpikir tentang kedekatan mereka. Selama apa dan latar belakang seperti apa yang Agam genggam hingga lelaki itu mungkin telah menjadi mata bagi Renjana.

"Ling, lo mau pesen apa?"

"Dih, bocah malah bengong," ucap Berryl.

"Ga," kini giliran Adam yang memanggil.

Nyatanya nama Renjana yang terus berputar layaknya gulungan kaset rusak berhasil membuat telinga Lingga tertutup.

"Lingga Klana." Panggil Berryl melempar bungkus rokok yang masih tersegel hingga mengenai dada bidang Lingga membuat lelaki itu sedikit tersentak.

"Apa?" Sahut Lingga.

"Apa apa, bengong mulu lo," protes Berryl.

"Ga lucu banget kalo lo sampe kesambet setan cafe," lanjut Adam.

"Emang ada setan cafe?" Tanya Berryl dengan wajah polosnya.

"Ada. Iya, kan, Ga?"

Lingga mengangguk. "Ada."

"Kaya gimana coba?" Tanya Berryl yang terlihat semakin polos. Ralat, dongo.

"Setannya hits, terus suka foto-foto." Jawab Lingga menaruh kembali bungkus rokok yang tadi ke atas meja. "Di situ, tuh." Lanjutnya menunjuk bagian samping Berryl membuat lelaki itu spontan bangkit dan mengundang gelak tawa dari dua temannya.

"Sialan lo. Buruan, deh, mau pesen apaan?" Tanya Berryl melirik Adam dan Lingga.

"Samain aja," jawab Lingga mewakili Adam yang belum selesai dengan sisa tawanya.

"Bentar, ya. Gue jadi kebelet." Ucap Adam setelah Berryl menuju meja counter.

Alih-alih menunggu dengan tenang, isi kepalanya kian bergemuruh dengan banyaknya hal yang tak pasti.

Tangannya mengambil bungkusan rokok tadi yang masih tersegel, menepuk beberapa sisinya kemudian membukanya dan mengambil satu batang untuk disulutkan, berharap beberapa pikirannya yang seperti gulungan kaset rusak terbawa bersama kepulan asap.


***

Hari ini, Pak Feri kembali melakukan pengambilan nilai untuk kelas 12 IPS 1, mengingat hari ini kelas tersebut memang memiliki jadwal dengannya pada jam ke lima.

PETRICHOR  [ END ]Where stories live. Discover now