8. Rumah Melisa

103 70 47
                                    

Sabtu ini gagal menjadi hari libur untuk Lingga yang diharuskan datang ke rumah Melisa untuk ikut serta mengerjakan tugas kelompok yang sempat dibicarakan kemarin.

Lelaki bernama lengkap Lingga Klana masih setia dengan pulau kapuknya. Bergelung dengan selimut bermotif salah satu club bola kesukaannya dan semakin mengeratkan pelukannya pada guling.

Dering ponsel yang tergeletak di kasur sedikit mengusik posisi nyaman lelaki itu.

Tangannya mencari ke segala arah yang dapat dijangkau dalam keadaan setengah sadar. Dapat.

Ia membuka sedikit matanya dan menggulir jarinya pada icon berwarna hijau lalu mengaktifkan loudspeaker.

"Apaan?"

"ANJIR LO BARU BANGUN YA?!"

Spontan Lingga menjauhkan posisi kepalanya akibat suara Adam.

Lingga tak menjawab, lelaki itu hampir saja kembali pada tidurnya jika Berryl tak memanggilnya.

"Ling,"

"Hmmm,"

"Anjrit, suara lo. Melisa meleyot nih," ucap Berryl seusai mendengar haming khas bangun tidur milik Lingga.

Tunggu. Adam menelponnya, lalu ada Berryl dan lelaki itu menyebut Melisa.

Lingga membuka matanya dengan benar lalu melihat kembali layar ponselnya yang menampilkan nama Adam.

"Dam," panggil Lingga memastikan sekiranya tadi ia hanya berhalusinasi.

"Oy!" Sahut lelaki yang dipanggil.

"Dimana?"

"Rumah Melisa, Ling Ling! Buruan lo kesini, daritadi aku spam bukannya bangun," Itu suara Berryl.

"Najis ih, Ril," samar-sama suara perempuan. Siapa lagi kalau bukan Melisa.

Mereka benar-benar telah berkumpul ternyata.

"Oke." Lingga memutus sambungan telepon secara sepihak lalu mengecek hampir seratus notifikasi bermunculan hanya dari grup yang berisikan ia, Berryl dan Adam.

Seperti telah mengerti, saat itu juga Adam mengirimkan lokasi rumah Melisa di grup tersebut.

Cuaca hari ini bisa dibilang cukup bagus dengan matahari yang tampak malu-malu, padahal waktu telah menunjukkan pukul satu lewat empat puluh tujuh.

Butuh waktu sekitar tiga puluh lima menit untuk sampai di rumah Melisa. Beruntungnya, Adam memberikan alamat yang jelas hingga Lingga tak perlu ada dalam drama tersasar.

"Makasih, Mba."

Suara Lingga cukup membuat ketiga orang yang tengah berbincang ringan itu menoleh.

Lingga lantas menghampiri mereka setelah diantar oleh ART yang terlihat masih muda.

"Anjaayy, si paling ngaret." Ucap Berryl sebagai sambutan dan hanya mendapat kekehan dari Lingga.

"Hai!" Sapa Melisa sambil menerima salaman dari Lingga pada ketiga orang itu sebelum ikut duduk lesehan di samping Adam.

"Udah selesai?" Tanya Lingga.

"Baru satu slide." Jawab Adam menaruh ponselnya dan berpaling kembali pada laptop yang menampilkan power point yang belum selesai.

Tanpa basa-basi, Lingga langsung mencari beberapa materi melalui ponsel yang langsung ia rangkum dan Adam yang menyalin kembali ucapan Lingga. Sedangkan Berryl, lelaki itu menjadi bagian penonton bersama Melisa sembari memakan camilan.

"Konflik di kawasan Timur Tengah memiliki tipologi--"

"--Ngapain, sih?" Tanya Lingga menghentikan ucapannya sendiri karena sedikit terganggu melihat Adam yang diam lalu mengendus-ngendus.

"Tau. Kenapa, sih?" Melisa yang penasaranpun ikut mengendus-endus hingga kepalanya menghadap ke sampingnya, tepat dimana Berryl berada.

"IH! BAU!!" Teriak Melisa spontan menutup hidungnya dan bergeser lebih dekat pada Lingga.

Kesempatan.

Bodohnya Adam yang malah memajukan kepalanya mendekati Berryl.

"IH, NAJIS! KENTUT YA LO?!" Semprot Adam langsung mundur dan duduk di sofa yang berada di belakangnya.

"Busuk banget gila." Lingga menutup hidung serta mulutnya menggunakan t-shirt hitam polos yang ia kenakan.

"Ya elah, kayak ga pernah kentut aja, sih."

"Tapi asli, gue sakit perut. Numpang kamar mandi ya, Mel." Lanjut Berryl memelas sebelum ia bangkit dan sedikit berlari menuju toilet.

"Kampret. Tenggorokan gue jadi ga enak." Ucap Adam sambil bangkit mengambil kunci motornya yang tergeletak diatas meja.

"Lo mau kemana?" Tanya Melisa.

"Ke supermarket depan bentar. Ikut ga, Ga?"

"Duluan," Jawab Lingga.

Ia tahu, tujuan Adam adalah untuk membeli rokok kemudian berdiam diri disana dan hal itu akan memakan waktu.

Lingga lebih memilih untuk tetap tinggal, berkutat dengan laptop dan membiarkan gadis disampingnya mendiktekan materi untuk mempersingkat waktu.

Panggilan ART pada Melisa membuat gadis itu menghentikan ucapannya saat sedang mendikte Lingga.

"Kenapa, Mba?"

"Ini, Non. Pas Mba lagi nyapu teras, Mas Agam dateng nitipin ini." Diserahkannya satu paper bag pada Melisa yang entah isinya apa.

"Oh, iya. Dianya langsung pergi lagi, kan?" Ucap Melisa menerima bingkisan itu.

"Iya,"

"Yaudah, makasih ya, Mba," ucap Melisa membiarkan ARTnya melenggang.

"Lingga. Bentar, ya, mau simpen ini dulu." Melisa bangkit setelah mendapat persetujuan dari Lingga.

Sebenarnya siapa Agam dan ada hubungan apa antara Melisa dengan Agam?

Perkara itu bukanlah hal penting yang begitu berarti untuk Lingga ketahui. Mengingat beberapa hari lalu saat di parkiran sekolah dimana dirinya bertemu dengan Melisa lalu gadis itu pulang bersama Agam membuat ia berpikir, mungkin mereka berdua memang mempunyai hubungan yang sangat dekat.

Akhirnya tugas kelompok yang diberikan oleh Pak Rusdi tempo hari telah selesai hari ini.

"Yeayy, selesai!" Seru Melisa seusai Lingga menutup laptop milik Adam yang belum juga kembali.

"Cape ga?"

"Cape, aduhh." Jawab Berryl yang baru saja datang dengan lagak seperti orang yang betul-betul kelelahan.

"Apaan, sih. Orang gue tanya Lingga." Melisa mendelik.

"Ya elah, Mel. Lingga mah duduk daritadi. Gue? Berjuang di dalem sana, Mel." Dramatis sekali.

"Balik ah gue." Ucap Lingga seraya bangkit dan bersiap-siap.

"Yok, dah." Timpal Berryl mengikuti.

"Loh, kok pulang, sih?"

"Masa gue nginep di rumah lo, Mel." Jawab Lingga sambil berjalan ke arah pintu masuk diikuti oleh Berryl dan Melisa.

Setelah berbincang sebentar dan saling berpamitan, akhirnya dua lelaki tersebut dapat pulang secara beriringan dengan menjemput Adam terlebih dahulu yang ternyata memang masih setia duduk di depan supermarket dengan kepulan asapnya.

Berryl jorok tapi manusiawi, mau heran tapi Berryl. Cancel deh ilfeelnya

Kira kira, Agam sama Melisa ada hubungan apa ya? Jangan jangan prenjon kaya kalian? Waduhh

Kalo mau tau, Pal tunggu vote komen kalian yaa

Stay healthy && happy, darl

PETRICHOR  [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang