10. Saudara Sepupu

86 68 53
                                    

Kejadian kemarin sore membuat Lingga menuai berbagai macam pertanyaan dari Ratna yang tentu terkejut mendapati wajah anaknya babak belur.

Seandainya Lingga jujur siapa yang telah mewarnai wajahnya dengan luka dan lebam, tentu Ratna akan memperpanjang masalahnya hingga ke sekolah. Lingga tak ingin itu terjadi.

Dengan sekian banyak kata yang telah keluar dari mulut Lingga, akhirnya Ratna percaya bahwa anaknya telah menjadi korban salah sasaran sekolah lain saat arah pulang sekitar pukul lima usai menuntaskan tugas kelompok di rumah teman sekelasnya.

Hari ini, Ratna tak mengizinkan Lingga untuk sekolah sampai sembuh total dan akan menghubungi pihak sekolah pada esok hari atas permintaan Lingga.

Lelaki yang tengah menikmati beberapa titik nyerinya itu ingin bahwa absensi dirinya dibiarkan kosong saja untuk satu hari ini.

Tak ada aktivitas lebih selain berbaring di pulau kapuknya, ke dapur, toilet dan kembali berbaring bersama pikirannya yang akhir-akhir ini kesana-kemari mengalahkan ibu-ibu eksis media sosial.

Sejak pagi tadi ponselnya terus berbunyi mulai dari notifikasi chat yang entah dari siapa hingga beberapa panggilan tak terjawab dari grup yang berisikan dirinya, Berryl dan Agam juga termasuk panggilan dari Melisa. Hanya chat yang sekiranya penting yang ia jawab.

Lingga dibuat berpikir ulang tentang perkiraannya yang menyangka bahwa Agam adalah kekasih Melisa, berkat kejadian kemarin sore sebelum ia menjadi samsak Agam juga perilaku Melisa yang terlihat sedikit agresif pada dirinya.

Ting!

Diraihnya benda pipih yang tergeletak di atas meja samping ranjangnya dan menampilkan notifikasi tag dari obrolan grup.

Diraihnya benda pipih yang tergeletak di atas meja samping ranjangnya dan menampilkan notifikasi tag dari obrolan grup

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.


Tepat. Lingga akan menanyakan tentang Melisa dan Agam pada dua temannya itu.

Sekitar dua puluh lima menit Lingga hanya menunggu kedatangan mereka dengan berdiam diri di kamarnya hingga deru motor yang terdengar semakin jelas mengalihkan atensi lelaki itu.

Lingga tak langsung menghampiri kedua temannya melainkan pergi ke toilet sebentar dan membiarkan Ratna yang membukakan pintu karena Ratna hari ini memutuskan untuk izin tidak masuk bekerja dan memilih menemani Lingga.

Setelah selesai dengan urusannya, Lingga berkaca pada cermin yang terletak diatas wastafel.

Ternyata memang separah itu. Luka berdarah pada pelipis dan sudut bibirnya mulai mengering tapi tetap terasa nyeri. Terlebih pada bagian sudut bibirnya yang selalu terkena air jika ia minum mengakibatkan proses sembuhnya pasti akan lebih lama. Sedangkan lebam yang ada terlihat lebih jelas hari ini.

Berpapasan dengan Lingga, Ratna mengusap bahu anaknya seraya berjalan menuju dapur.

"Nah ini di-- anjir! Muka lo kenapa?"

"Anjrit, lo kenapa, Ga?"

Baru menampakkan diri saja kehebohan mereka hampir menyaingi ibu-ibu arisan. Bagaimana jika mereka mengetahui siapa yang telah membuat tanda-tanda cantik itu pada wajah tampan Lingga.

Lingga menaruh dua gelas minuman pada meja dan duduk disofa samping Berryl sambil menyandarkan punggungnya.

"Tadi ada tugas apaan aja?" Tanya Lingga.

"Bentar. Itu muka lo kenapa? Diserang sama anak mana?" Ternyata Adam tak mau mengalihkan topik sebelum Lingga menjawabnya.

"Iya, anjir. Itu lo babak belur," Sambung Berryl.

"Namanya juga cowok. Lo berdua kayak ga pernah gini aja," Jawab Lingga terkekeh pelan membayangkan bagaimana brutalnya Agam sore itu.

Sikap Lingga yang masih tertutup membuat Adam dan Berryl hanya menghela napas dan mencoba mengerti dengan tak lagi mendesak Lingga melalui pertanyaan-pertanyaan lain yang pastinya tak akan terjawab sampai Lingga sendiri yang akan memberitahunya.

"Agam sama Melisa pacaran?" Tanya Lingga memecah keheningan.

Karena tak kunjung mendapat jawaban dari kedua temannya, Lingga menegakkan posisi duduknya dan menatap kedua temannya yang membalas tatapannya.

"Nikah," Jawab Berryl membuat Lingga bersiap melempar lelaki itu dengan ponsel yang tergeletak di atas meja.

"EH EH HP GUE!" Seru Adam merebut ponselnya dari tangan Lingga. Menyelamatkan sekaligus mengamankannya disaku celana seragam.

"Random amat, sih, lo tiba-tiba nanyain mereka berdua." Ucap Adam.

"Tau. Kenap--"

"--OHH! Lo mau deketin Melisa?" Tebak Berryl yang salah besar.

"Hah? Iya, Ga?!" Adam memastikan.

"Ya nggalah, gila." Sergah Lingga.

Betul-betul kemungkinan yang tak mungkin. Ia hanya ingin membuktikan perkiraannya sendiri saja. Tidak lebih.

"Kirain." Tanggap Adam kembali menyandarkan punggungnya.

"Ga salah, sih, lo nyangka mereka berdua pacaran. Waktu kelas sepuluh juga kita nyangkanya kayak gitu. Iya kan, Dam?" Ucap Berryl yang diangguki oleh Adam sebagai persetujuan.

"Terus?" Tanya Lingga.

"Sepupuan ternyata." Ungkap Adam seraya mengambil satu toples camilan dan memakannya.

"Nah," Berryl menyetujui.

Terjawab sudah rasa penasaran Lingga yang terus berkecamuk sejak kemarin. Alih-alih puas saat mendengar jawaban tersebut, justru pertanyaan lain muncul dibenaknya. Tentang seperti apakah hubungan Agam dan Renjana yang sebenarnya.

Akan ia cari tahu semua jawaban dari pertanyaan yang terus bertambah itu.

Ngomongin sepupu, katanya kalo nikah sama sepupu sendiri tuh boleh
Hayo siapa yang kena sepupuzone? #bukanpal

Mau liat vote komen kalian yang bisa naikin mood pal boleh?

Oiya, sekarang kayanya lagi musim batuk pilek, jadi harus tetep apa? Stay healthy && happy, darl

PETRICHOR  [ END ]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz