38. Kunjungan Adrian

33 7 9
                                    

Suara elektrokardiogram yang empat hari ini tak henti berdenyut, akhirnya beradu dengan suara parau yang telah dirindukan.

Diawali dengan suara batuk, Lingga memanggil Ratna, "Ma,"

"Lingga." Sahut Ratna beringsut menghampiri anaknya.

"Akhirnya bangun." Ucap Ratna, seraya mengusap serta mengecup berulang puncak kepala Lingga.

"Apa yang dirasa, Nak? Bentar, Mama panggil dokter, ya."

Ditekannya tombol nurse call agar dokter segera datang.

Empat hari penantian, yang akhirnya membawa secercah harapan baru atas sadarnya Lingga. Sedangkan Renjana, Cinderella itu kini menjelma menjadi putri tidur.

"Maafin Lingga, Ma," tutur Lingga.

"Gapapa, Sayang. Mama disini sama kamu,"

"Dion mana, Ma?" Tanya Lingga.

"Dion lagi di kantin, sama temen-temen kamu,"

"Mereka tuh, nungguin kamu bangun lho, Ga," Lanjut Ratna.

"Renjana, Ma. Renjana gimana?"

"Tante Linda marah-marah?" Tuntut Lingga.

Tak sempat menjawab karena kehadiran dokter serta seorang perawat, Ratna membiarkan anaknya diperiksa.

"Tolong selalu ajak dia bicara mengenai hal-hal positif dan tidak membebankan." Ucap Dokter tersebut pada Ratna dengan suara yang lebih kecil, kemudian beranjak bersama perawat yang selalu mengikuti.

Ada perasaan yakin serta ragu kala netranya menangkap objek lemah yang sangat ia sayangi. Air muka yang hampir setiap hari terasa segar, kini hilang.

Mata yang mengisyaratkan damai, kini dihiasi lingkar hitam yang kian terlihat jelas. Kemudian bibir yang selalu melontarkan kebisingan menghibur, kini terasa asing. Ratna ingin Lingganya yang sehat.

Krieett ...

Atensi kedua pasang mata yang berada dalam lautan sendu ditarik paksa untuk tenggelam lebih dalam, kala Adrian memasuki ruangan bersama wanita barunya.

"Ga, gimana keadaan kamu?" Tanya Adrian, sekilas menatap Ratna yang tak berkutik.

"Lingga, Mama sama Dion baik-baik aja," jawab Lingga.

"Papa sama ... " Sepasang matanya melirik pada wanita di samping Adrian yang tengah berbadan dua. "Kalian gimana?" Lanjut Lingga, meralat pertanyaannya sendiri yang ternyata terlontar untuk tiga orang.

"Kita baik, Ga. Maaf ya baru bisa kesini." Tutur Resa, seraya memegang lengan Lingga.

Lingga menarik sudut bibirnya, hingga membentuk senyuman samar.

"Pa,"

"Papa sayang banget sama Tante Resa, sama calon anak Papa, kan?" Tanya Lingga.

Mendengar itu, rasanya Ratna ingin keluar saja dari ruangan ini, karena suara Lingga justru layaknya pisau yang menyayat hati secara perlahan.

"Jagain mereka, Pa. Jangan ulangi yang udah-udah. Cukup Mama yang ngerasain sakitnya dibohongin banyak hal, cukup Lingga yang ngerasain sakitnya dipukul, cukup Dion yang ngalamin rasa sakit dari hal-hal yang seharusnya dia ga tau."

"Ga ... " Ratna berusaha menahan ucapan Lingga yamg semakin tak terkendali.

"Lingga, Mama sama Dion sekarang udah lebih baik. Lingga udah paham sama semuanya. Lingga udah paham tentang Papa yang sayang sama Lingga, biarpun caranya beda," lanjut Lingga, tak mengindahkan penahanan Ratna yang telah terisak bersama Resa.

PETRICHOR  [ END ]Where stories live. Discover now