40. EPILOG

61 9 13
                                    

"Lingga!" Teriak perempuan kecil, seraya melambaikan tangannya.

"Widiihh, Boss udah dateng." Ucap Berryl, menghampiri anak lelaki tersebut, kemudian berjongkok dan saling memberikan pukulan kecil pada tangan yang sama-sama mengepal.

"Udah siap jadi duyung lagi?" Berryl meyakinkan.

"Siap lah!" Jawab Lingga percaya diri.

Berryl terkekeh, kemudian berdiri menghadap dua orang sebayanya.

"Udah sehat bener, kan, dia?" Tanya Berryl.

"Udah," jawab Renjana.

"Lingga udah sembuh demamnya?" Tanya gadis kecil yang dituntun Melisa.

"Udah, Ranya," jawab Lingga.

"Ma, nanti Ranya mau makan es krim sama Lingga, boleh?" Tanya gadis kecil itu pada Ibunya.

"Coba kamu tanya Papa Mamanya," titah Melisa.

"Tante Renjana, Om Agam, aku boleh makan es krim bareng sama Lingga?" Tanya gadis itu.

"Boleh, tapi tunggu Lingga selesai les renang dulu, ya," jawab Renjana, menimbulkan kegirangan dari dua anak enam tahun itu.

"Tunggu, ya. Aku mau gantiin baju Lingga dulu," pamit Renjana, yang langsung mendapat usapan sayang pada surainya dari Agam.

Sebelas tahun bukanlah waktu yang singkat bukan? Begitu banyak lika-liku yang telah dilewati terutama oleh Renjana. Gadis yang nyatanya disembuhkan oleh sosok Agam.

Benar kata Lingga, Tuhan selalu memiliki catatan tentang kepergian sesuatu yang datang.

Akan selalu ada fase sembuh setelah luka, melalui cara-cara yang tak terduga.

Priiittt!!

Peluit nyaring yang melesak dipenjuru stadion renang, terdengar melengking.

Dengan peluit yang dikalungkan, Berryl menatap stop watchnya. Lelaki yang kini berprofesi sebagai guru les renang, sekaligus seorang ayah dari Ranya terus menatap pergerakan anak-anak kecil yang menyusuri air kaporit.

"Lingga hebat ya, Ma?" Ranya mengadahkan kepalanya, menatap Melisa.

"Hebat, Mama Papanya juga hebat. Kamu juga hebat." Jawab Melisa, seraya mengusap kepala Ranya.

"Gam, makasih, ya," ucap Renjana.

Agam memeluk Renjana, menumpahkan rindunya yang tak pernah berkesudahan pada wanita yang kini berstatus sebagai istri, sekaligus Ibu dari anak mereka, Lingga Alkana.

"Aku sayang banget sama kamu, sama Lingga, sama keluarga kita." Ucap Agam dengan suara pelan.

Mengeratkan pelukannya pada pinggang Agam, Renjana paham, bahwa semua akan menemukan titik terbaiknya pada waktu yang telah dihekendaki.

Pada akhirnya, takdir adalah peran utama dari semua pemain yang memberikan aksi di dalamnya. Mereka mungkin sempat memiliki keinginan. Namun, takdir punya ketentuan.

Kemudian perihal ikhlas, nyatanya sesuatu yang tak dapat dijadikan bagian dari perjalanan, maka akan tetap menjadi bagian dari pelajaran.

Dari kamu, aku belajar banyak hal. Tetap berkelana di sana sebagai lelaki yang bahagia, karena disini, aku akan jadi peran ceria dengan mata indah itu, Lingga.

Dari Renjana Elakshi, wanita yang masih dan akan selalu melibatkan kamu disetiap doa aku.






END



PETRICHOR  [ END ]Where stories live. Discover now