1. Adaptasi Kembali

421 35 8
                                    

Halo, gaisss!!!!!

Selamat membaca bagian 1 dari Afvara ya...

Maaf kalau nanti ada typo ya 🙏🏻

Jangan lupa untuk vote dan komen, karena vote kalian sangat-sangat berarti buat aku dan komen kalian itu penyemangat buat aku 🖤

***

Satu kata yang ada di pikiran seorang remaja laki-laki bernama Afkara Nugraha, yaitu gila. Bagaimana tidak? Pagi ini papanya bilang bahwa ia harus menjadi narasumber sebagai perwakilan Relawan Sosial dan Lingkungan SMA Palmeda. Sebenarnya semua itu tidak masalah jika jurnalisnya bukan berasal dari Media Remaja Indonesia-media remaja yang dimiliki oleh keluarganya, Keluarga Nugraha.

"Ah bangsat! Kenapa harus gue, sih? Gue yakin banget bakalan ditanya yang macam-macam sama mereka!" Pria yang akrab di sapa dengan sebutan Afka ini terus menggerutu di atas motornya selama perjalanan menuju sekolah.

Ternyata benar ucapan papanya, hari ini akan banyak media yang meliput SMA Palmeda. Hal ini karena empat gadis yang ditemukan 1 bulan lalu mulai bersekolah di sini.

"Mas Afka, minta waktunya sebentar untuk wawancara." Afka baru saja melepaskan helmnya dan sudah ada banyak wartawan yang kini mengerubungi motornya.

"Mas-mas, emangnya gue suami lo?!" tajam Afka dengan kesal.

Wartawan perempuan yang memegang mikrofon itu terkekeh kecil. "Ya kalau emang mau jadi suami saya juga boleh sih."

Afka berdecak, ditambah lagi begitu ia melihat logo MRI di baju wanita itu. "Gue anak bos lo! Sopan dikit bisa? Gue baru sampai, udah minta waktu gue aja!"

Beberapa wartawan itu mundur beberapa langkah begitu Afka akan turun dari motornya.

"Kalian cuman boleh tanya 2 pertanyaan. Pertama, kenapa gue tertarik masuk Relawan Sosial dan Lingkungan di sekolah ini dan kedua, kenapa gue mau cari empat gadis yang hilang itu. Selebihnya gue no comment. Awas aja ya kalau ada pertanyaan macam-macam kayak bulan lalu!" tegas Afka.

Afka merasa ia harus berbicara seperti itu. Jika tidak para wartawan yang bekerja di media milik keluarganya ini semakin kelewatan. Namanya saja Media Remaja Indonesia, bukannya mengedukasi malah meng-provokasi. Bulan lalu saja, ia mendapat pertanyaan yang tidak berbobot seperti ini, 'Menurut Anda apakah gadis-gadis ini benar di siksa? Karena sepertinya mereka tidak terlihat depresi atau stres sedikit pun.'

Dasar pencari sensasi! Menurut lo bagus nanya kayak gitu?

Akhirnya para wartawan itu pun menuruti kemauan Afka, mereka berpikir masalah pertanyaan yang 'wah' bisa ditanyakan pada empat gadis itu secara langsung.

***

Ivara berdiri tepat di depan stand mirror kamar Salvina. Gadis dengan rambut panjang model layer ini masih merasa aneh dengan seragam barunya yang berwarna putih-cream itu.

"Lo aneh gak sih sama seragamnya?" tanya Ivara pada Salvina yang masih sibuk menutupi luka-luka di kakinya menggunakan lotion khusus.

"Aneh gimana maksud lo? Gue malah aneh karena kita harus masuk sekolah lagi, mana kita selama 1 bulan terakhir ada di tempat rehabilitasi lagi," jawab Salvina tanpa melirik ke arah Ivara sedikit pun.

Semenjak ditemukan oleh tim SAR pada bangunan tempat mereka disekap, keempat gadis ini memang dibawa ke rumah rehabilitasi kesehatan terlebih dahulu untuk memantau jiwa dan psikis mereka. Walaupun belum pulih total, kini mereka sudah bisa tinggal di rumah masing-masing.

Untuk sementara waktu, Ivara ikut tinggal di rumah Salvina. Itu semua karena kedua orang tuanya belum bisa dihubungi oleh pihak kepolisian setempat hingga saat ini.

AFVARAWhere stories live. Discover now