12. Lepas Kendali

124 18 7
                                    

Hai, gais!!!

Jangan lupa vote sama komen ya, biar cepat next ke cerita selanjutnya 😉

***

“Ikut Darva Ra. Biar gue yang urus Lea,” cetus Afka.

Ivara menggelengkan kepalanya dengan tegas. “Gak! Lo berdua mendingan berdiri di pinggir, kalau salah satu dari kita ada yang bonyok baru bawa gue pergi dari sini,” suruhnya penuh penekanan.

Awalnya Afka ragu. Namun, setelah Darva memberitahunya ia pun menuruti ucapan Ivara. “Ivara bisa handle semua ini. Gue udah sering liat dia lawan Lea di kelas,” bisik Darva.

“Wow, di bela juga ya sama dua cowok idaman di sekolah ini,” ejek Lea dengan tepukan tangan.

Ivara memutar bola matanya malas. Ia masih bingung apa yang diinginkan oleh gadis itu dari dirinya. “To the point aja deh Le, mau lo apa sih usik gue terus?”

Lea tertawa kecil dan berjalan mendekati Ivara. “Mau tau kemauan gue apa?” bisiknya menantang.

Tanpa jawaban, Lea menaiki salah satu kursi kantin. Sebelum berdiri, ia mengambil sebuah sendok dan gelas berisikan air jeruk.

Ting! Ting! Ting!

Lea mengetuk-ketukan sendok pada gelas dan berteriak, “Gue harap gak ada lagi orang di sekolah ini yang kena tipu sama mereka berempat!”

Para siswa yang tadi sempat berpaling dari keributan kini kembali menatap Lea yang berdiri di atas kursi.

“Ternyata benar dugaan pihak kepolisian kemarin lusa. Mereka itu mengada-ada cerita, mereka manipulatif. Gak mungkin mereka diculik dan disekap 2 taun kalau bisa pintar kayak sekarang. Gue yakin banget selama diam di pulau mereka sewa om-om buat dibawa ke kamar-“

Sebelum melanjutkan pembicaraannya, Lea melirik ke arah Ivara, Yashvi, Salvina dan Jiya yang sudah terlihat ketakutan. “Hati-hati jangan sampai harga diri kalian hilang kay—“

Salvina sudah cukup geram mendengar pidato tak berguna dari Lea. Dengan kasar, ia menarik rok seragam Lea hingga terlepas dari badannya dan menyisakan celana pendek bergambar kartun My Little Pony. Tentu saja itu membuat Lea berteriak histeris.

“AAAHHH!!! Kurang ajar lo ya!!” Sesegera mungkin Lea berjongkok di atas meja, kedua tangan Lea naik untuk menutupi wajahnya yang malu.

Gelak tawa siswa sontak memenuhi kantin SMA Palmeda detik itu juga. “Le, turun Le,” ajak Alsya dengan hati-hati. Gadis itu takut jika Lea mengamuk nantinya.

Mata Salvina terbuka lebar begitu menyadari hal yang telah dilakukannya, perlahan ia melirik ke arah tiga sahabatnya yang juga ikutan terkejut.

S-sorry,” cicit Salvina sambil menyengir.

Ivara menunduk dalam-dalam. Berusaha menahan tawanya yang ingin membeludak seperti siswa lain. “Lo salah kalau main-main sama kita. Lo semua gak pernah tau apa yang udah kita lewati selama ini,” tutur Ivara dengan senyuman.

Lea menurunkan tangan sebentar, tapi tak lama salah satu tangannya naik ke atas dan menyiram Ivara dengan segelas air jeruk.

“Ada apa ini?!” Satu teriakan itu berhasil membuat seisi kantin menjadi sunyi.

Emma. Guru BK SMA Palmeda yang dikenal akan keganasannya kini sudah berdiri di pintu kantin dengan berkacak pinggang. “Kalian semua ikut ke ruangan saya!” Tentu saja kalimat itu ditujukan pada seluruh siswa yang membuat kerusuhan.

Jangan pernah coba untuk kabur dan berbohong pada Emma. Guru wanita ini tak segan menghukum siswanya dengan memasukkan mereka ke sekolah militer selama 2 minggu agar disiplin dan mematuhi aturan.

AFVARAWhere stories live. Discover now