16. Dunia Medis dan Segala Isinya

80 17 5
                                    

Halo, gaiss!!!

Aku update lagi nihh✨ Jangan lupa vote dan komen yaa!!!

***


Darva mengetuk-ketukan jari-jemarinya ke atas meja. Wajahnya terlihat gugup dan dari matanya terpancar rasa takut.

Pria itu tengah duduk di kursi belajar dalam kamar. Di atas meja terdapat layar laptop yang menyala. Sudah hampir 10 menit Darva menunggu kotak masuk dari rumah sakit Gleneagles Singapore.

Darva tidak pernah mengira bahwa dirinya akan nekat sejauh ini. Padahal, papanya selalu melarang kebenaran akan Ivara setiap saat.

Ting!

Laptop Darva berbunyi. Sebuah pesan, masuk ke dalam surelnya. Ketukan dari jemarinya berhenti. Tangan Darva segera menggapai mouse dan menge-klik pesan itu.

Mata Darva mengikuti setiap kata demi kata yang ada di layar dengan sangat teliti. Hatinya penuh harap, semoga tidak ada kata bahkan kalimat yang menimbulkan masalah di dalam keluarganya.

“Jihan Amelia? Siapa dia? Kenapa ditanggal yang sama Papa mendampingi operasi transfer embrio untuk wanita itu?”

Darva mendapatkan 2 buah file dari Gleneagles Hospital. Awalnya ia mengira hanya akan mendapatkan dokumen transfer embrio milik Kanaya saja, tapi Jihan Amelia ...

“Jadi selama ini Papa punya wanita lain selain Bunda? Pantas jarang di rumah! Ngakunya kerja di luar negeri!” Tak terasa, Darva mengepal salah satu tangannya. “Jangan sampai ini nama ibu Ivara. Karena kalau iya, gue gak akan pernah bisa terima itu semua.”

Untuk mendapatkan informasi tersebut, Darva menggunakan nama papanya sendiri guna mengelabui operator rumah sakit. Karena tidak mungkin sembarang orang bisa mendapatkan informasi penting dan sensitif seperti itu.

“Abang?!” Darva tersentak begitu mendengar suara Kanaya di ambang pintu. Pria itu sontak menutup laptopnya dan menoleh ke arah sang bunda.

“Jangan bikin kaget dong, Bun,” rengek pria itu dengan manja.

Kanaya terkekeh kecil di sana. “Iya-iya... maaf sayang, lagian kamu hari libur gini kok tumben ngurung diri di kamar? Gak mau ajak Ivara buat main ke rumah? Bunda kangen loh sama dia.”

“Hm iya-iya, nanti Abang bawa dia lagi ke rumah.”

***

Sejak kembali memegangnya, Ivara tidak pernah berhenti membaca. Meski menyimpan banyak luka, buku hitam yang terbuka lebar di tangan gadis itu tetaplah menjadi perjalanan hidupnya.

Tentu menyakitkan untuk Ivara membaca semua kenangan di dalam buku, bahkan tak jarang gadis itu melemparkan barang di sekitar untuk meluapkan emosi.

“Semua kehidupan selalu ada pelajaran, kamu hanya perlu mencarinya, Vara.”

Ucapan sang mama terus terngiang selama ia membaca buku itu. Tetapi pertanyaan lain selalu muncul di dalam benaknya, “Apa sebenarnya pelajaran yang bisa aku ambil dari semua ini, Ma?”

Pintu kamar Ivara terbuka perlahan, dari balik sana muncul Salvina dengan pakaian tidurnya. “Tumben hari libur kayak gini lo gak keluar sama Afka atau Darva,” cetusnya.

Ivara hanya menoleh. Gadis itu tidak menggubris ucapan sahabatnya sedikit pun. Fokusnya saat ini hanya pada buku yang tengah dibaca.

“Lo gak bosan apa baca buku itu terus dari kemarin? Masa lalu itu harus dibuang jauh-jauh, apalagi kalau buruk kayak gitu!” saran Salvina.

AFVARAWhere stories live. Discover now