6. Ombak dan Rahasia

109 20 6
                                    

Hai, gaiss!!!

Siap baca part 6????

Kalau siap, itu artinya kalian siap vote sama komen juga dongg???😍

***

Darva segera turun dari mobilnya begitu melihat Ivara dan Salvina yang memasuki area parkiran sekolah. Sesegera mungkin ia melangkah agar bisa menahan lengan Ivara sebelum menginjakkan kaki menuju lorong kelas.

"Tunggu, Ra!"

Ivara menoleh ke belakang. Melihat siapa yang menahan lengan kanannya dengan cukup kuat. "Darva? Ada apa?"

"Kemarin lo kenapa gak chat gue? Gue tau ya kalau lo balik sama si Afka!" cetusnya.

"Lo stalking gue, ya???" tanya Ivara terkejut. "Lo kalau suka sama gue bilang aja, Va. Daripada capek-capek stalking kayak kemarin."

Lutut kaki kanan Darva terlihat sedikit menekuk. Lengan kanannya sedikit bersandar pada pohon yang ada di sebelah mereka."Pede banget sih lo?! Kan gue bilang kalau gue itu cuman kasian sama lo. Si Afka kemarin balik pakai motor, sedangkan gue pakai mobil. Kasian kalau lo kepanasan," tajam Darva yang masih berusaha mengelak.

Ivara hanya bisa menggeleng, lama-lama ia lelah juga dengan tingkah Darva. Sementara Salvina, ia hanya bisa menahan tawa di samping Ivara. Tadi malam, Ivara sudah menceritakan semuanya pada mereka.

"Lain kali, hubungi gue!" tegas Darva sebelum mendahului keduanya.

Tawa Salvina akhirnya pecah setelah kepergian Darva. "JADIII MAU PILIH AFKA ATAU DARVA NIH RAA??" godanya dengan tawa yang masih tak kunjung henti.

"Ck! Apaan sih Sal? Udah ah ayo buruan masuk ke kelas," pungkas Ivara dengan malu-malu.

***

Afka sudah duduk manis di atas motornya sambil memegang helm berwarna ungu muda. Helm itu sengaja ia beli untuk Ivara, agar ia bisa membonceng gadis itu kapan pun ia mau dan Ivara inginkan.

"IVARA!!" Karena Ivara terlalu jauh dari tempatnya, ia pun memilih berteriak agar Ivara menunggu. Setelah itu, ia menjalankan motornya menuju tempat di mana Ivara berdiri.

"Pulang bareng gue yuk," ajaknya dengan senyuman.

Ivara menoleh pada ketiga sahabatnya yang sudah saling menggoda satu sama lain. "Cari ayang yuk, biar ada yang antar pulang juga," ledek Jiya ke sekian kalinya.

Hati Ivara lebih dibuat melayang dari sebelumnya, kali ini juga ia lebih merasa malu dibanding biasanya. Jika saja tidak ada Afka di sana, mungkin Ivara sudah menjambak rambut ketiga sahabatnya itu satu per satu.

"Udahlah, terima aja. Kita gak apa-apa kok, Ra," suruh Yashvi yang diangguki oleh Salvina dan Jiya.

Iyalah gak apa-apa, orang itu kemauan dari 3 sahabatnya sendiri. "Sorry Ka, tapi hari ini gue mau belajar bareng di rumah Jiya." Alih-alih mendengarkan saran dari sahabatnya, Ivara memilih untuk memutuskannya seorang diri dengan perasaan yang tidak enak. 

Bukan Afka saja yang kecewa dengan jawaban Ivara, tapi juga tiga sahabatnya itu. "Eh Ka, jangan dulu pergi," larang Salvina saat Afka menyalakan motor.

"Ra, lo kan tau kita gak mungkin belajar di sana," imbuh Salvina yang mencoba untuk meyakinkan hati Ivara.

Jiya mengangguk, "Iya Ra, palingan kita nonton drama, nyemil, sama gosip."

Ivara membuang napasnya. "Oke-oke, gue balik sama Afka hari ini. Puas lo bertiga?" Sejujurnya itu juga kemauan Ivara, ya salah sendiri Afka bikin dia nyaman. Ketagihan kan jadinya.

AFVARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang