5. Membuka Suara dan Mengorek Luka (2)

141 21 3
                                    

Hai, gaisss!!!

Selamat membaca...

Sampai part ini kalian belum kesiksa kan? Aku masih baik banget soalnya 😌

Jangan lupa vote dan komen ya, karena itu adalah penyemangat aku untuk nulis bab berikutnya ✨

***

Siang itu merupakan hari ke-2 Ivara berada di sana. Tubuhnya terasa sangat sakit. Sesekali ringisan dan rintihan keluar dari bibir kecilnya. "Shh... kenapa lukanya makin banyak? Otak lo bodo banget sih, Ra!" rutuknya sambil memerhatikan lengan yang penuh dengan sayatan kecil.

Jam sekolah sudah usai sekitar beberapa menit yang lalu. Seharusnya saat ini ia tengah mengerjakan tugas agar tidak mendapatkan sayatan lagi di esok pagi.

Namun, tubuh Ivara menolak. Hatinya terasa sangat perih. Pikirannya berada jauh di rumah, ia rindu nuansa rumah.

"Mama sama Papa lagi ngapain? Apa mereka cari gue sekarang? Kenapa belum sampai?" Lambat laun, buliran air bening keluar dari pelupuk matanya. Ia menangis, menumpahkan rasa sakit dan rasa takutnya.

Entah bagaimana, Ivara tertidur dengan pulas. Bahkan ia tidak sadar dirinya tertidur. Dalam lelap tidurlah semua itu dimulai.

Suara sirene yang kencang membangunkannya hanya dalam seperkian detik. Jantungnya berdegup kencang. Kepalanya terasa sangat goyang. Pikirnya telah terjadi kebakaran di sana, ia mengedarkan pandangan. Mencoba mencari jalan keluar.

Ivara membanting kursi belajarnya ke jendela. Namun gelap. Di balik jendela itu hanya ada sebuah dinding. Matanya berusaha membuka pintu, tapi terkunci dengan kuat.

Di tengah kepanikan itu, suara sirene terus terdengar. Suaranya tidak bisa ditolerir bagi telinga manusia. Kencang dan terasa pengang.

Tidak lama, matanya menangkap sebuah tulisan di sudut kamar.

Let's play some game with me. Click the button in here!

Begitu membaca tulisan tersebut, suara sirene perlahan menghilang. Pulpo Maldavo seolah tahu bahwa Ivara mengerti akan keinginannya sekarang.

Ivara kira semuanya berakhir di sana, namun setelah menekan tombol merah besar, sebuah pintu dibalik dinding kamar terbuka. Dengan sedikit ragu ia masuk ke dalam. Dilihatnya 3 buah patung manekin full body yang didandani mirip dengan ketiga sahabatnya.

"Ini permainan apa? Gue gak mau main sama lo!!!" teriak Ivara memekakkan ruangan.

Sebuah laptop yang berada di atas meja pojok ruangan menyala. Memunculkan berbagai pilihan menu di layar.

Ivara berjalan mendekat. Di layar laptop itu terdapat tulisan :

Mainkan atau mereka celaka.

Tentu saja Ivara takut, dan ia memilih untuk memainkannya. Ivara memilih tombol 'truth' di layar. Dan keluarlah sebuah pertanyaan.

'Siapa yang paling berhak mendapatkan 5 cambukkan di antara mereka bertiga?'

Ivara tercekat. "Persetan!" makinya dalam hati. "Permainan apa ini? Gila! Masa gue harus siksa mereka?" Perlahan air matanya kembali keluar.

Semakin lama Ivara terdiam, semakin berkurang waktu yang diberikan. Masing-masing pertanyaan dari permainan itu hanya mempunyai waktu selama 20 detik saja.

Dengan sengaja, Ivara membiarkan waktu itu habis begitu saja. Tepat di saat hitung mundur itu selesai, Ivara mendengar teriakan histeris yang menakutkan dari ketiga sahabatnya.

AFVARAWhere stories live. Discover now