Hai hai gaiss!!! Maaf banget baru bisa update karena aku lagi ujian, huhuhu...
Anyway, jangan lupa vote dan komen untuk kasih semangat author yaa 🖤
***
Jari-jemari Ivara sibuk menari di atas papan keyboard laptop miliknya. Gadis itu ingin membuktikan bahwa ucapan Arzan benar. Selama hidupnya, Ivara tidak tahu bahwa sang papa mempunyai bisnis kuliner seperti ini.
“Dapat!” seru Ivara setelah berhasil menemukan jalan terdekat menuju ke sana.
Namun begitu melihat daerah, kening Ivara mengerut. “Di kota Depok?” tanyanya pada diri sendiri.
Ting!
Hanya selang satu detik, sebuah notifikasi kembali masuk ke ponselnya. Setelah dilihat, ternyata itu merupakan notifikasi dari Afka.
Ivara terdiam selama beberapa saat setelah membaca pesan tersebut. Hanya ada satu akses menuju balkon di depan kamarnya dan sedari tadi tidak ada orang yang memasuki kamarnya.
Pikiran Ivara tidak tertuju pada hal-hal mistis yang mungkin ada di luar sana, ia lebih takut jika ada orang jahat yang berdiam diri di luar kamarnya.
Mata Ivara melirik ke arah cutter yang ada di atas meja belajar. Sebelum mengecek benar tidaknya ucapan Afka, ia ingin memastikan dirinya sudah terlindungi dengan baik. Karena bagi Ivara, hawa nafsu manusia lebih jahat dibandingkan perilaku setan yang tidak diikat.
Ceklek!
Ivara membuka pintu. Tapi di balkon itu kosong. Tidak ada siapa-siapa. Ivara berkali-kali mengedarkan pandangannya ke sekitar balkon. Takut jika ada penjahat yang berhasil kabur dari tangkapan matanya.
Ting!
YOU ARE READING
AFVARA
Teen Fiction"Hatiku sudah hancur dan ragaku sudah melebur. Tapi jangan sampai masa depanku ikut menjadi luntur." "Diri ini sudah dirampas, dan sakitnya akan terus membekas. Tapi aku janji kebahagiaan akan segera datang bergegas." - Ivara Louisa Baltasar - Menja...