30. Sweet Boy! Should I Fall in Love With You(?)

41 4 0
                                    

Halo semuanya! Selamat datang kembali di cerita yang lama banget next-nya ini wkwkwkw:( Maaf banget ya, dunia kuliah cukup berat juga ternyata untuk membagi waktu dengan menulis.

Tapi tenang aja, cerita ini pasti tamat dalam waktu dekat kok, so jangan lupa vote dan comment ya!!! <3

***

Embusan angin malam dari jendela kamar Ivara yang terbuka meniup helai rambutnya yang kini terurai rapi. Sebuah gaun putih panjang yang dikenakannya ikut tertiup angin, tertiup masuk ke dalam ruangan kamar bernuansa coklat - merah muda yang ia sayangi itu. Kulit wajahnya yang bersih tampak bercahaya, dengan bibir merah muda yang sedikit berkilau karena lip gloss yang dioleskannya.

Langit malam ini cukup cerah. Bintang bertaburan dan berkilau saling bergantian. Namun bukan itu yang ia lihat dari jendela. Ia hanya melamun, menunggu seseorang yang sudah berjanji akan mengajaknya berdansa malam ini.

"Vara." Panggilan itu membuat dirinya menoleh ke belakang. Ia tersenyum dengan wajah yang menenangkan.

"Papa? You look great in that," ucapnya dengan senyuman.

Kening pria itu mengerut. Sebuah senyuman ikut terlihat dari bibirnya. "Come on, little girl. Kan kamu yang pilih baju ini untuk Papa," jawab pria itu seolah menolak pujian dari gadis kecilnya.

Tak lama, sebuah alunan musik terdengar. Ivara pun mulai berdansa dengan sang papa. Senyuman di bibirnya tidak hilang. Senyuman yang tidak pernah terlihat sejak peristiwa penculikan itu. Ia benar-benar tampak bahagia sekali malam ini.

"Jangan tinggalin Vara lagi, Pa," pintanya dengan kaki dan tangan yang terus mengikuti alunan nada.

Pria itu menggeleng pelan. "Papa gak akan pernah ninggalin kamu sayang, itu janji Papa sama kamu."

Senyuman Ivara masih belum hilang, tapi buliran air mulai menetes dari matanya. "Jangan bohong, Pa. Papa hilang ninggalin Vara selama lebih dari 2 tahun ini," bantahnya.

"Vara gak mau hidup sendiri di sini, semuanya terasa berat, Pa. Dunia jahat, banyak yang gak percaya kalau Vara dianiaya orang jahat." Air di bola matanya semakin menumpuk. Ia mengedipkan mata secara perlahan agar air mata itu terjatuh.

"Papa?!" panggilnya bingung. Sosok yang ia sebut Papa itu tidak ada di hadapannya. Pergi menghilang begitu saja.

"Vara! Ivara! Bangun!" Suara wanita paruh baya penuh sentakkan itu berhasil membangunkan Ivara.

Sial! Ternyata hanya mimpi.

Gadis itu bangun dengan tergesa. Merapikan rambutnya yang sudah pasti cukup berantakan.

"Kamu sudah selesai?" tanya wanita itu kembali dengan suara yang sedikit lebih lembut dari sebelumnya.

Ivara mengangguk kecil. Tangannya mengambil lembar serta soal ujian di atas meja dan memberikannya pada Nisa.

Ini merupakan hari pertama ujian penilaian tengah semester di SMA Palmeda. Kelas 12 IPA 3 mendapatkan mata pelajaran Fisika sebagai pembuka.

"Yakin udah selesai? Di bawah meja lo gak ada contekan, kan?" Perkataan yang merupakan cibiran itu terdengar dari mulut Lea. Gadis itu memang tidak ada kapoknya.

Nisa menoleh pada Lea. Tatapannya sedikit sinis. Wali kelas 12 IPA 3 itu sekarang sudah tidak percaya lagi dengan omong kosong dari muridnya itu.

Setelah berita yang Afka tulis kemarin menjadi viral, Lea sempat berhenti sejenak untuk tidak mem-bully Ivara. Namun karena sifatnya yang haus akan perhatian orang lain, ia pun memilih untuk melakukan tingkah bodohnya itu lagi.

AFVARAΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα