27. Bukan Berita Sensasi

40 11 2
                                    

Halo gaiss!!!

Sorry banget baru update, kemarin file cerita aku kehapus semua:((

Tapi Alhamdulillah semuanya bisa diatasi, walau file-nya harus bikin dari awal lagi 🤧

Anyway, happy reading ya!! Jangan lupa bintang dan komen karena itu semua semangat dari kalian buat aku <3

***

Sebuah surat kabar harian Media Remaja Indonesia menjadi salah satu hidangan utama sarapan pagi Keluarga Nugraha hari ini. Dari puluhan berita yang terbit, ada salah satu tulisan berita hasil Afka di dalamnya. Tentu saja itu menjadi topik perbincangan hangat di dalam keluarganya.

“Nah, ini baru keren! Cocok jadi penerus Papa beberapa tahun lagi! Papa memang gak salah pilih kamu,” puji Nugraha dengan senyuman.

Afka tersenyum remeh. “Papa belum baca beritanya, buat apa puji Afka?”

Mulut Nugraha yang sudah terbuka cukup lebar kini tertutup kembali. Tangan pria dewasa itu turun untuk meletakkan sendok berisikan nasi dan sayur. “Dari awal Papa itu udah yakin sama kamu, Ka. Jadi tanpa lihat pun Papa udah pasti bangga sama kamu.”

“Tapi sebentar deh, Pa,” timpal Fazwan dengan cepat. “Gue penasaran, siapa orang yang lo maksud dalam berita itu?”

Viona yang baru saja selesai melayani suaminya beralih mengambil koran dan membuka halaman kedua. “Balerina Internasional Seorang Perundung Profesional,” ucap Viona membaca judul berita Afka dengan lantang.

“Siapa sih, Ka? Mama jadi ikut penasaran.”

Afka belum menggubris ucapan keluarganya. Pria itu hanya terdiam dengan mulut yang terus mengunyah. Sesekali, matanya mencuri pandangan pada Nazwa, seolah meminta bantuan kakak perempuannya itu untuk menjawab.

“Yang pasti sih orangnya balerina, Ma,” kekeh Nazwa.

Mata Viona terus fokus membaca koran di tangannya. Ia benar-benar penasaran dengan pelaku yang dimaksud oleh putranya.

“Pelaku berinisial LB ini sudah berkali-kali mendapatkan teguran dari pihak sekolah.” Viona dengan sengaja mengencangkan suaranya saat membaca berita.

“Jadi LB ini siapa?” tanya Viona menghentikan bacaannya. Mata wanita itu menatap Afka yang duduk di hadapannya dengan tatapan yang sangat dalam.

Afka membuang napasnya perlahan. Percuma saja ia sembunyikan, karena Viona akan terus mencari tahu hingga mendapatkan identitas pelakunya.

“Gadis caper kebanggaan Mama sama Papa,” celetuk Afka memberikan kode.

Viona terbelalak hingga refleks menutup mulutnya. “Astagfirullah! Maksud kamu Lea Briana?”

Dengan wajah polos, tanpa dosa dan tanpa malunya itu Afka mengangguk. Bisa ia lihat dengan jelas bahwa kedua orang tuanya marah dengan apa yang baru saja Afka perbuat.

“Coba Papa lihat, Ma,” rebut Nugraha. Pria itu segera memakai kaca mata bacanya yang diselipkan di balik jas.

Selama beberapa menit, keadaan di meja makan menjadi sangat hening sekali. Semuanya seolah membiarkan Nugraha fokus untuk membaca tulisan berita Afkara.

“Wah! Gila kamu, Ka! Ngapain sih kamu bikin berita seperti ini? Mau jadi pahlawan untuk gadis-gadis yang diculik itu?” lempar Nugaraha setelah menepikan koran dari hadapannya.

Afka meletakkan garpu dan sendok di tangannya dengan sedikit kasar. Tentu saja ia tersinggung dengan ucapan sang papa yang benar itu. “Jadi Papa masih bela Lea? Dia seorang pelaku kejahatan, Pa! Kriminal! Buat apa Papa bela?”

AFVARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang