7. Cinta atau Tekanan

120 13 0
                                    

Hai, gaiss!!!!

Gimana kabarnya hari ini? Sehat-sehat ya kalian. Ehhh semua udah serba offline lagi? Kalian harus adaptasi lagi gak sih?? Jujur kalau aku iya bangettt 🥲

Tapi gapapa, yang penting mental kita harus kuat. Ya ga?

Anyway, sebelum baca selalu ingat klik bintang kecil di bawah ya, support sekecil itu akan sangat berarti untuk aku dan AFVARA 🖤

***

“Jangan kira gue gak tau kalau lo lagi deket sama Ivara, Ka,” celetuk Darva.

Mahija baru saja sampai di meja kantin dan ia sudah harus mendengar topik pembicaraan serius seperti ini di antara kedua sahabatnya.

“Kenapa? Lo cemburu?” tanyanya dengan nada yang tidak mengenakan.

Darva mendelik. “Lo ingkar janji sama gue, Ka. Lo bilang mau bantu gue deket sama dia,” tajam balik Darva.

“Terus mau lo apa? Gue bisa bantu lo sekarang kalau lo mau.” Sebenarnya Afka tidak ingin, tapi jika soal janji ia takut juga untuk mengingkari.

Ck! Gak perlu, gue bisa deket sama Ivara tanpa bantuan lo. Liat aja di akhir cerita, siapa yang bakalan dapat hati dia,” timpal Darva dengan penuh percaya diri.

Entahlah keberanian itu muncul dari mana. Seperti yang kita tahu, sikap dan sifat Darva terhadap wanita tidak jauh berbeda dari Mahija. Yang membedakan antara keduanya yaitu Darva pernah mempunyai beberapa kekasih sebelum ini, sedangkan Mahija tidak.

Maka, begitu Darva berbicara demikian, itu membuat Mahija menahan tawanya. Perlu waktu lama bagi mereka mengungkapkan rasa. Sementara Afka? Lihat saja, sebentar lagi juga dia akan menyatakan perasaannya pada Ivara.

“Lo berdua kekurangan cewek apa gimana sih? Modelan kayak si Ivara ada banyak kok di sini,” lerai Mahija.

Afka tertawa remeh mendengarnya. “Lo berdua gak tau dia sekuat apa. Sejak gue selamatin nyawa dia di pulau itu, gue tau dia gadis paling kuat dari yang terkuat.”

Lo berdua harusnya sadar anjir kalau nama belakang gue sama dia itu sama!” kesal Darva di dalam hatinya.

Sudah beberapa hari ini hati Darva menjadi bimbang. Ia tidak yakin jika harus mendekati Ivara karena cinta, apalagi setelah tahu bahwa nama belakang keduanya itu sama.

Darva takut jika kedekatannya nanti karena tekanan yang diberikan oleh sang papa. Darva juga takut jika mencintai Ivara terlalu dalam bisa membuatnya terluka begitu dalam juga. Terakhir, ia takut jika Ivara merupakan bagian dari dirinya sendiri.

Di sisi lain, suara canda dan tawa terdengar dari meja kantin yang ditempati oleh Ivara, Salvina, Jiya, dan Yashvi. Tampaknya mereka sudah mulai beradaptasi.

Bagi mereka, untuk bisa tertawa dan bercanda di tempat umum ini saja cukup sulit. Untung saja terapi yang sudah mereka ikuti sedikit membantu akan hal ini.

“Tapi Ra, gue penasaran deh. Lo kalau disuruh pilih Afka atau Darva bakalan pilih yang mana?” lempar Jiya yang semakin iseng.

Sedari tadi, mereka sibuk mengejek Ivara yang terus didekati oleh Darva dan Afka selama beberapa hari terakhir ini.

Tidak hanya menyita perhatian dari sahabatnya saja, nyatanya kedekatan mereka bertiga juga menjadi hal yang menarik diperbincangkan oleh penghuni SMA Palmeda.

“Apaan sih, Ji? Udah deh ah jangan makin-makin,” jawab Ivara malu-malu.

“Tapi ya Ra, kalau gue jadi lo sih males banget sama cowok cuek modelan Darva. Mendingan lo pilih si Afka, kan dia perhatian, ya gak?” Setelah selesai berbicara, Salvina melirik ke arah Yashvi dan Jiya. Berusaha meminta suara dari keduanya.

AFVARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang