18. Terlupakan

69 16 8
                                    

Hai gaiss!!

Kemarin mau upload part ini malah lupa:(

Sekarang aja gapapa kann?

Anyway gimana sekolah kalian? Sempetin vote dan komen cerita inu ya walaupun kalian sibuk 😎

***

Darva memutar-mutar sebuah pulpen menggunakan sebelah tangannya. Suara Fathan— guru Bahasa Inggris di kelas ini masih terdengar jelas di telinganya.

Meskipun demikian, tatapan Darva tidak fokus ke papan tulis. Matanya sedari tadi melihat bangku Ivara yang hanya berisi tas gadis itu saja. Sudah lebih dari 1 jam pelajaran Ivara tak kunjung kembali ke dalam kelas. Terakhir kali keluar, ia meminta izin untuk pergi ke toilet. Namun hingga saat ini masih belum datang juga.

Mata Darva beralih menatap Lea dan juga Alsya. Di lihat dari raut wajahnya, kedua gadis itu terlihat sangat bahagia.

Pstt!” panggil Darva dengan hati-hati. Tidak ada yang melirik ke arahnya. Baik Lea maupun Alsya, keduanya asyik mencuri pandang dan tersenyum licik satu sama lain.

Karena semakin merasa janggal dengan tingkah kedua gadis itu, Darva pun pindah ke tempat duduk Ivara agar lebih mudah menjangkau Lea.

“Heh Lea! Kasih tau gue, Ivara di mana?” bisiknya dengan penuh penekanan.

Kening Lea mengerut. “Lo kenapa nanya sama gue? Ya tanya sama tiga temannya yang kunyuk itu lah!” balas gadis itu seenaknya.

Tangan Darva yang sudah mengepal di angkat ke atas. Ia tidak berniat untuk memukul gadis di hadapannya, pria itu hanya ingin mencoba untuk menakutinya.

“Darva! Lea! Kalian berdua tidak memerhatikan penjelasan saya?” tegur Fathan yang membuat mereka terdiam.

Sebisa mungkin, Darva mencoba untuk meredam amarahnya. “Saya izin ke toilet, Pak!” putus Darva akhirnya.

Saat berjalan keluar kelas, mata Darva tak luput melirik ke arah Lea dan Alsya. Pria itu bersumpah jika terjadi hal yang membahayakan bagi Ivara, ia tidak akan pernah memberikan ampunan sedikit pun pada Lea dan teman-temannya.

Begitu keluar kelas, hal yang Darva tuju merupakan ruangan UKS. Karena tidak lucu jika Darva mencari-cari gadis hilang yang nyatanya tengah beristirahat di ruangan itu.

“Permisi, Bu! Saya lagi cari Ivara, apa ada di dalam?” tanyanya pada dokter sekolah.

Wanita itu terdiam terlebih dahulu sebelum akhirnya menggelengkan kepala.

Tempat selanjutnya yang Darva tuju merupakan toilet di seluruh gedung sekolah Palmeda ini. Terdapat 5 toilet wanita dan 3 toilet pria yang tersebar di sekolah ini. Namun di dalam semua toilet itu tetap saja tidak ada Ivara.

Darva berlari menyusuri ruangan kelas yang masih kosong karena baru selesai di renovasi. Setelah itu, ia mencari Ivara ke tempat-tempat lainnya. Bangunan SMA Palmeda yang besar membuat Darva kesulitan mencari keberadaan Ivara.

Ponselnya tak berhenti memanggil Ivara untuk puluhan kalinya. “Bajingan!” maki Darva.

Pria itu terdiam sebentar. Mencoba berpikir jernih dan menyelami pemikiran Lea agar tahu di mana keberadaan Ivara.

Setelah berpikir selama beberapa saat, Darva kembali berlari mencari Ivara. Kini ia tau di mana gadis itu berada.

Ruangan gudang olahraga.

Amarah Darva semakin memuncak begitu melihat Lea, Alsya, Riska dan Zahra yang tengah berusaha membuka kunci pintu gudang olahraga.

“Jangan bilang kalau Ivara ada di dalam,” ancam Darva. Salah satu telunjuk tangannya menunjuk ke arah Lea.

AFVARAOnde as histórias ganham vida. Descobre agora