35. Pertemuan Kembali

22 0 0
                                    

Halo! Ya ampun udah lama banget aku nggak update di sini. Selamat hari pemilu semuanya! Temen-temen yang udah punya hak suara jangan golput yaaa....

Jangan lupa vote komen ya semuanyaa <3

***

Riuh gemuruh petir dan suara rintik hujan terdengar hingga ke dalam ruangan. Sesekali suara itu memekakkan telinga hingga tidak bisa mendengar apa yang diucapkan oleh lawan bicara. Karena itu, Darva sedikit mengencangkan suaranya. Seolah tidak peduli jika orang di sekitar mendengarkan pembicaraannya. Lagi pula mereka semua tampak asyik sendiri.

"Abang sengaja, ajak Papa untuk bertemu di kafe ini. Terlalu rumit kalau obrolkan semua ini di rumah dan di depan Bunda," ujar Darva. Dia baru saja sampai di sebuah kafe kecil yang dekat dengan airport.

Rasanya, belum saja Javi meluruhkan rasa lelahnya setelah terbang selama lebih dari 20 jam. Namun ia sudah disambut dengan kurang mengenakan oleh putranya sendiri.

"Kamu apa kabar? Bunda juga bagaimana kabarnya? Kenapa Bunda tidak ikut?" tanyanya berusaha mencairkan suasana.

Darva memilih diam dan tidak menjawab. Dia membuka tas sekolahnya dan mengeluarkan semua berkas-berkas dari dalam sana. Tentu saja hal itu membuat Javi terkejut.

"I told you to back off!" ucapnya dengan penuh penekanan.

"For what? Agar Vara bisa jatuh cinta sepuasnya pada Darva yang ternyata dia adalah kakak Vara sendiri?"

Javi menelan salivanya dengan sengaja. Ia berputar 180 derajat untuk memastikan bahwa orang yang berbicara merupakan orang yang ada di dalam pikirannya saat ini.

Tatapan Javi detik itu tidak bisa membuat air mata Ivara ditahan lagi. Semuanya luruh begitu saja. Semua emosi yang ada di dalam dirinya tumpah melalui tangisan. Ingin sekali ia berlari dan memeluk orang yang selama ini ia rindukan. Namun semua itu kalah oleh ego dan rasa kecewa yang menyelimutinya saat ini.

"Vara—" Javi berdiri dari tempat duduk. Bersiap untuk menghampiri Ivara. Bukan putrinya saja yang tersiksa oleh rindu, tetapi dirinya juga.

Melihat itu, Ivara segera menghindar. Ia berjalan cepat menuju tempat duduk yang ada di samping Darva. "Vara butuh semua penjelasan dari Papa sekarang," pintanya dengan sedikit terbata karena lelah menahan luka.

Javi segera duduk kembali. Dia melepas kacamata hitam yang masih ia kenakan sedari tadi dan meletakkannya di atas meja. Kemudian, pria itu mengambil berkas yang disimpan oleh Darva dan membacanya satu per satu.

Tersirat perasaan bangga di dalam hatinya. Merasa berhasil telah mendidik kedua anak yang mempunyai rasa ingin tahu tinggi dan tekad besar untuk mencari tahu sesuatu. Namun, ia juga merasa gagal karena sudah menyembunyikan rahasia besar dari keluarganya.

"Kalian berdua memang saudara kandung. Satu ayah dan satu ibu."

Sontak Darva dan Ivara saling bertatapan satu sama lain. Semakin pusing menghadapi fakta yang ada. Mereka tidak berani bertanya ataupun memotong pembicaraan. Keduanya berusaha sabar untuk mendengarkan seluruh penjelasan secara rinci.

Bagi Javi sendiri, ini merupakan waktu yang tepat untuk menceritakan semuanya. Tidak ada lagi yang harus ia tutup-tutupi. Semakin ia menutupi maka semua masalah akan semakin memburuk nantinya.

Darva dan Ivara memang saudara kandung. Benar bahwa mereka satu ayah dan satu ibu. Javi dan juga Kanaya merupakan orang tua sah keduanya. Jihan Amelia hanyalah ibu pengganti. Wanita yang bersedia untuk meminjamkan rahimnya kepada Javi dan Kanaya tanpa sepengetahuan Kanaya.

17 tahun yang lalu, Javi putus asa dengan hubungan rumah tangganya yang tidak kunjung dikaruniai keturunan. Dibandingkan mengasihani dirinya, ia lebih kasihan kepada Kanaya. Istri tercintanya itu harus terus-menerus menjalani serangkaian operasi agar rahimnya siap terisi janin. Tidak hanya itu, meski demikian peluang mereka untuk memiliki buah hati hanyalah 45%.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AFVARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang