10. Selamat Malam, Pesta!

102 16 8
                                    

Hai, gaiss... Selamat membaca. Jangan lupa untuk vote dan komen biar aku semangat untuk lanjut yaa ✨

***

Yellow situation

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Yellow situation. Salah satu kode yang digunakan Viraya Squad sejak masih dalam masa penyekapan. Sebenarnya warna kuning mengartikan sebuah keceriaan dan kebahagiaan, tapi mereka sengaja mengartikannya sebagai keadaan darurat yang cukup membahayakan untuk mengelabui Pulo Maldavo.

Perbincangan antara Afka dan Ivara belum usai. Namun, karena sudah mendapatkan pesan darurat dari Salvina ia pun terpaksa pulang lebih awal daripada waktu yang sudah ditentukan.

Sorry Ra, gue gak bermaksud ganggu lo sama Afka. Tapi Ibu mau ngomong serius sama kita berdua,” ucap Salvina begitu membuka pintu rumah.

Ivara menggeleng. “Gak apa-apa, gue ngerti kok ini pasti penting banget untuk kita.”

Kedua gadis yang tingginya hampir sepantar itu berjalan bersamaan menuju ruangan utama di rumah ini.

“Ra, maaf ya Tante terpaksa suruh kamu pulang. Tadi Tante udah bilang sama Salvina biar dia yang kasih tau kamu, tapi Salvina gak mau,” sambut Rengganis begitu keduanya duduk di sofa.

“Gak apa-apa Tante, lagian lebih enak kalau kita denger barengan beritanya.”

Rengganis pun mengangguk setuju. “Jadi, mulai tadi pagi polisi resmi menutup kasus penculikan kalian.”

Salvina dan Ivara saling bertatapan satu sama lain. Kalimat pertama saja sudah terdengar menyakitkan. Kini mereka hanya harus mendengarkan kalimat selanjutnya untuk mengetahui baik buruknya berita tersebut.

“Polisi menyatakan bahwa kalian berempat mengada-ada cerita mengenai kasus yang selama ini kita laporkan. Karena hingga saat ini detektif tidak menemui satu pun barang bukti yang bisa menguatkan cerita penculikan kalian.”

Tanpa aba-aba, air mata mereka meluncur secara bersamaan. Semua yang mereka alami selama ini tidak bisa diungkapkan oleh kata bahkan dilukis dengan sebuah gambar sekali pun. Tidak bisakah para pihak berwenang itu terus berusaha dan bersimpati sedikit saja untuk mereka berempat.

“Apa semua luka dan hasil visum kita berempat gak cukup untuk membuktikan itu semua, Bu? Apa sih yang ada di pikiran mereka?!” tanya Salvina dengan emosi.

Dengan cepat Rengganis menggeser posisi duduknya ke dekat Salvina, memberikan dekapan hangat yang ia miliki untuk putrinya.

Ivara yang sudah menahan rasa sakitnya sedari tadi semakin dibuat sakit dengan pelukan seorang ibu dan anak di depan matanya sendiri. Dengan kasar, ia menghapus air matanya dan berlari menuju kamar.

Setelah pintu kamar tertutup rapat, Ivara tersandar di balik pintu dengan dua kaki yang ditekuk. Tangisnya tumpah, semua rasa sakitnya tidak dapat lagi tertampung di dalam hatinya.

AFVARAWhere stories live. Discover now